Laman

Selasa, 08 Februari 2011

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PEKERJAAN DENGAN SIKAP IBU MENYUSUKAN TENTANG ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PATTALLASSANG KABUPATEN TAKALAR

BAB 1                                                    
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Roesli (2005), menuliskan bahwa pemberian ASI sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasan bayi. Faktor keberhasilan dalam menyusukan adalah komitmen ibu untuk menyusukan,  dilaksanakan secara dini (early initiation),  posisi menyusukan yang benar baik untuk ibu bayi,  menyusukan atas permintaan bayi (on demand), dan  diberikan secara Eksklusif.
Berdasarkan riset yang sudah dibuktikan diseluruh dunia, ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi hingga enam bulan dan disempurnakan hingga umur 2 tahun. The World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) memperkirakan satu juta bayi dapat diselamatkan tiap tahunnya bila diberikan ASI 1 jam pertama setelah kelahiran, kemudian dilanjutkan dengan ASI Eksklusif sampai dengan 6 bulan (Menegpp, 2008).
Pemberian air susu ibu (ASI) secara Eksklusif pada bayi di Indonesia berlandaskan     Keputusan    Menteri    Kesehatan    Republik         Indonesia
No. 450/Men.Kes/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 yang juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA.2001). Di situ dikatakan bahwa untuk mencapai pertumbuhan perkembangan dan kesehatan optimal, bayi harus diberi ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama (Baskoro, 2008).
Sayangnya tidak semua ibu dapat memberikan ASI secara Eksklusif dengan alasan beragam. Di Indonesia sendiri, menurut Wulandari (2009), hanya 17% ibu yang memberi ASI Eksklusif kepada bayinya sampai 6 bulan. Masih sangat jauh dari standar nasional yaitu 80%, rata-rata bayi di Indonesia menerima ASI Eksklusif kurang dari 2 bulan, dan sebagai akibat dari pemberian ASI dan pemberian makanan tambahan yang salah, sekitar 6,7 juta balita atau 27,3 persen dari seluruh balita di Indonesia menderita kurang gizi dan sebanyak 1,5 juta diantaranya menderita gizi buruk.
Nutrition and Health Survailance System (NSS) bekerja sama dengan Balitbangkes dan Hellen Keller International pada tahun 2002 telah mengadakan survey tentang ASI ekslusif . Survey ini dilakukan di 4 kota (Jakarta, Surabaya, Semarang, Makassar) dan 8 pedesaan (Sumatera Barat, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, Sulawesi Selatan). Hasil survey ini menunjukkan bahwa cakupan ASI Eksklusif pada bayi usia 4-5 bulan di daerah perkotaan mencapai 4-12%. Sedangkan pencapaian ASI Eksklusif di daerah pedesaan pada bayi usia 4-5 bulan lebih tinggi, yaitu sekitar 4-25%. Untuk bayi usia 5-6 bulan di daerah perkotaan berkisar 1-13%, hampir sebanding dengan pencapaian di daerah pedesaan yaitu 2-13% (Depkes RI, 2004).
Berdasarkan laporan LBtiga kab/kota tahun 2008 tingkat capaian ASI Eksklusif di Provinsi Sulsel melampaui target kurang lebih 0,54 persen dari target SPM tahun 2008 yaitu 64 persen (Nuhung, 2009). Namun demikian, idealnya cakupan ASI Eksklusif setidaknya harus memenuhi standar nasional yaitu sebesar 80%.
Arafat  (2008) yang mengutip dari www.linkagesproject.org menuliskan ASI selain mengandung gizi yang cukup lengkap, juga mengandung imun untuk kekebalan tubuh bayi. Komposisi ASI disesuaikan dengan system pencernaan bayi sehingga zat gizi cepat terserap. Komposisi zat  dalam air susu ibu antara lain 88.1% air, 3.8% Lemak, 0.9% Protein, 7.0% Laktosa, dan 0.2% lain-lain. Lain-lain tersebut dapat berupa DHA, DAA, Shpynogelin, dan zat gizi lainnya. Sehingga pemberian asi secara ekslusif sangat penting untuk pertumbuhan bayi. Berbeda dengan susu formula atau makanan tambahan yang diberikan sejak dini pada bayi yang  sangat susah diserap usus bayi sehingga bayi sulit buang air besar. Apabila pembuatan susu formula tidak steril, bayipun rawan diare. Kandungan gizinyapun tidak sama dengan kandungan gizi pada ASI.
Saat ini berbagai jenis zat gizi oleh produsen susu formula ditambahkan untuk menyamai komposisi ASI seperti omega-3, DHA, Arachidonic acid, kolostrum dan sebagainya, yang sebenarnya zat tersebut sudah ada pada ASI. Menurut Briawan (2004) pada susu formula (susu sapi) tidak mengandung DHA seperti halnya pada ASI sehingga tidak bisa membantu meningkatkan kecerdasan anak.  Terdapat lebih dari 100 jenis zat gizi dalam ASI antara lain AA, DHA, Taurin dan Spingomyelin yang tidak terdapat dalam susu sapi. Meskipun produsen susu formula mencoba menambahkan zat gizi tersebut, tetapi hasilnya tetap tidak bisa menyamai kandungan gizi yang terdapat dalam ASI .
Meskipun sudah sangat jelas bahwa ASI Eksklusif sangat bermanfaat, tidak sedikit bayi yang baru berumur 2 bulan sudah diberi makanan pendamping ASI karena ketidaktahuan ibu terhadap manfaat ASI. Ibu yang mempunyai pengetahuan yang cukup maupun kurang sangatlah mempengaruhi pemberian ASI pada bayi. Pada kenyataannya, pengetahuan masyarakat tentang ASI Eksklusif masih sangat kurang, misalnya pada masyarakat desa. Ibu sering kali memberikan makanan padat kepada bayi yang baru berumur beberapa hari atau beberapa minggu seperti memberikan nasi yang dihaluskan atau pisang (Wahyuningrum, 2007).
Menurut Baskoro (2008), selain masih rendahnya pengetahuan ibu ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemberian ASI ekslusif yaitu, gencarnya promosi susu formula, faktor sosial budaya yaitu dukungan keluarga, pekerjaan dan status kesehatan ibu. Ibu yang memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup diharapkan dapat memiliki sikap yang positif terhadap pemberian ASI ekslusif sehingga akan menimbulkan perilaku ibu menyusukan secara Eksklusif pula.
Persentase pemberian ASI Eksklusif untuk bayi berumur 0-6 bulan di Kabupaten Takalar bervariasi. Persentase yang tertinggi tercatat di Kecamatan Mangara Bombang 27,53 %, dan yang terendah yang tidak mengikuti pola pemberian ASI Eksklusif adalah di Kecamatan Pattallassang (Bps, 2007).
Atas dasar pemikiran bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eklskusif dan perilaku ibu menyusukan secara Eksklusif dapat dipengaruhi oleh sikap ibu, serta melihat masih rendahnya cakupan ASI Eksklusif di Kabupaten Takalar khususnya di Kecamatan Pattallassang, sehingga penulis tertarik untuk  meneliti hubungan tingkat pengetahuan dan pekerjaan terhadap sikap  ibu menyusukan tentang ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Pattallassang Kabupaten Takalar.
1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Identifikasi masalah
      Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dilihat bahwa sikap ibu yang positif dapat mendukung terciptanya perilaku ibu untuk menyusukan secara Eksklusif. Tingkat pengetahuan dan pekerjaan menjadi faktor yang juga mempengaruhi terbentuknya sikap ibu. Melihat masih rendahnya cakupan pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten  Takalar maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan tingkat pengetahuan dan pekerjaan dengan sikap ibu menyusukan tentang ASI ekslusif di wilayah kerja Puskesmas Pattallassang Kabupaten Takalar?.
1.2.2        Pertanyaan masalah
            Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dirumuskan pertanyaan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan ibu menyusukan tentang ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Pattallassang Kabupaten Takalar?
2.      Bagaimana gambaran karakteristik ibu menyusukan berdasarkan pekerjaaan di wilayah kerja Puskesmas pattallassang Kabupaten Takalar?
3.      Bagaimana sikap ibu menyusukan tentang ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas pattallassang Kabupaten Takalar?
4.      Bagaimana hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap ibu menyusukan tentang ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Pattallassang Kabupaten Takalar?
5.      Bagaimana hubungan pekerjaaan dengan sikap ibu menyusukan tentang ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Pattallassang Kabupaten Takalar?
1.3  Tujuan penelitian
1.3.1        Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan pekerjaaan dengan sikap ibu menyusukan tentang ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Pattallassang Kabupaten Takalar.
1.3.2        Tujuan Khusus
1.      Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu menyusukan tentang ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Pattallassang Kabupaten Takalar.
2.      Untuk mengidentifikasi karakteristik pekerjaan ibu menyusukan di wilayah kerja Puskesmas Pattallassang Kabupaten Takalar.
3.      Untuk mengidentifikasi sikap ibu menyusukan tentang ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Pattallassang Kabupaten Takalar.
4.      Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap ibu menyusukan tentang pemberian ASI ekkslusif di wilayah kerja Puskesmas Pattallassang Kabupaten Takalar.
5.      Untuk mengetahui hubungan pekerjaan dengan sikap ibu menyusukan tentang pemberian ASI ekkslusif di wilayah kerja Puskesmas Pattallassang Kabupaten Takalar.
1.4     Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1.      Puskesmas: sebagai bahan masukan bagi puskesmas utamanya bagi penentu kebijakan dalam rangka peningkatan pelayanan dalam rangka pencapaian target cakupan ASI Eksklusif.
2.      Institusi: sebagai bahan acuan bagi pengembangan kurikulum pendidikan keperawatan agar pendidikan senantiasa peka terhadap kenyataan yang ada di lapangan khususnya masalah pemberian ASI Eksklusif.
3.      Peneliti lain: sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya.                                             








BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1        Tinjauan Umum Tentang Air Susu Ibu (ASI)
2.1.1     Pengertian ASI
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam-garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar mammae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya. ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama (Baskoro, 2008).
Menyusukan dianggap sebagai sumber nutrisi utama bagi bayi selama satu tahun pertama kehidupan. Air susu ibu memberi keuntungan dalam hal kesehatan bagi ibu dan bayi (Pillitteri, 2002)
2.1.2     ASI menurut stadium laktasi
Jenis air susu yang dikeluarkan oleh ibu ternyata memiliki 3 stadium dan memiliki kandungan yang berbeda (Saleha, 2009) membagi stadium laktasi sebagai berikut:
1.         Kolostrum
         Kolostrum mengandung sel darah putih dan antibodi yang paling tinggi dari pada ASI sebenarnya,     khususnya      kandungan immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah kuman memasuki tubuh bayi. IgA ini juga membantu dalam mencegah bayi mengalami alergi makanan.
         Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara. Kolostrum mengandung jaringan debris dan material residual yang terdapat dalam alveoli serta duktus dari kelenjar payudara sebelum dan setelah masa puerperium.
2.         Air susu peralihan
Ciri dari air susu masa peralihan adalah sebagai berikut:
a.          Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang matur.
b.         Disekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi, tetapi ada pula pendapat yang mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5.
c.          Kadar protein makin rendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin tinggi.
d.         Volumenya juga akan semakin meningkat.
3.         Air susu matur
a.          Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya, komposisi relatif konstan (ada pula yang mengatakan bahwa komposisi ASI relatif konstan baru dimulai pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5).
b.         Pada ibu yang sehat, maka produksi ASI untuk bayi akan tercukupi, ASI ini merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai usia 6 bulan..
c.          Merupakan suatu cairan berwarna putih kekuning-kuningan yang diakibatkan warna dari garam kalsium caseinat, riboflavin, dan karoten yang terdapat di dalamnya.
2.1.3     Komposisi ASI
Kandungan zat gizi dalam kolostrum dan ASI mempunyai komposisi yang berbeda. Kandungan protein dalam kolostrum jauh lebih tinggi dari pada ASI. Hal ini menguntungkan bayi baru lahir karena dengan mendapatkan sedikit kolostrum bayi sudah cukup protein yang dapat memenuhi kebutuhan bayi pada minggu pertama. Baskoro (2008) memaparkan beberapa kandungan ASI sebagai berikut:
1.    Karbohidrat
Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa yang jumlahnya berubah-ubah setiap hari menurut kebutuhan tumbuh kembang bayi. Hidrat arang dalam ASI merupakan nutrisi yang penting untuk pertumbuhan sel saraf otak dan pemberi energi untuk kerja sel-sel syaraf.
2.    Protein
Protein dalam ASI sangat cocok untuk bayi, karena unsur di dalam ASI hampir seluruhnya terserap oleh pencernaan bayi.
3.    Lemak
Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat jumlahnya. Lemak dalam ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh bayi dan hal ini terjadi secara otomatis.
4.    Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya relative rendah.Tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan.
5.    Vitamin
             ASI mengandung vitamin yang lengkap yang dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai 6 bulan kecuali vitamin K, karena bayi baru lahir ususnya belum mampu membentuk     vitamin K.
2.1.4     Alasan kurangnya pasokan ASI pada bayi
Ramaiah (2006), menuliskan beberapa faktor yang menjadi alasan kurangnya pasokan ASI adalah:
1.   Faktor menyusukan
a.       Tidak segera mulai menyusukan setelah persalinan
b.      Perlekatan yang salah dari bibir ke payudara.
c.       Memberikan susu botol atau makanan tambahan lainnya.
d.      Tidak menyusukan secara teratur. Perlu menyusukan setidaknya lima atau enam kali sehari.
e.       Tidak menyusukan di malam hari. Hal ini mengurangi pengeluaran prolaktin dan produksi ASI sebagai akibatnya.
f.       Menyusukan pada waktu yang lebih singkat ketika sibuk.
g.      Bayi mungkin tidak menyusu selama waktu yang dibutuhkan jika ia merasa tidak nyaman, misalnya merasa kepanasan.
h.      Memberi empeng atau dot kepada bayi.
2.   Faktor ibu
a.       Faktor internal:
1)      Kurangnya kepercayaan diri bahwa ia bisa memproduksi ASI yang cukup.
2)      Khawatir, stress, tegang, apapun alasannya.
3)      Pengeluaran ASI yang kurang lancar, dan payudara bengkak sebagai akibatnya, yang kebanyakan menyebabkan rasa sakit dan infeksi.
4)      Tidak bersedia menyusukan, apapun alasannya.
5)      Penolakan bayi jika ibu belum mendekatkan diri dengan baik pada bayi.
6)      Kesehatan yang buruk, keletihan, kelelahan.
7)      Kekurangan gizi yang parah
8)      Perkembangan payudara yang buruk
b.      Faktor eksternal:
1)      Kurangnya privasi atau tempat yang tenang untuk menyusukan bayi.
2)      Minum kontrasepsi oral yang mengandung estrogen.
3)      Konsumsi alkohol.
4)      Merokok.
3.   Kondisi bayi
a.       Infeksi apapun, seperti saluran kencing atau cacat lahir seperti kelainan jantung dan lain-lain.
b.      Ketidakmampuan untuk menghisap dengan baik karena masalah dalam system saraf maupun keterbelakangan mental.
2.1.5     Teknik menyusukan yang benar
Menurut Ramaiah (2006) sangat penting untuk mengikuti teknik menyusukan yang benar. Beberapa faktor kunci untuk menyusukan secara efektif adalah:
1.      Waktu menyusukan
Menyusukan bayi sesuai kebutuhan. Artinya, anda harus memberi ASI kepada bayi setiap kali ia lapar dan bukan berdasarkan interval yang teratur.
2.      Perlekatan
Adalah istilah yang digunakan untuk menyebut cara bayi menahan puting dalam mulutnya. Ini adalah langkah paling penting dalam menyusukan bayi. Ada dua cara untuk mengetahui apakah bayi melekat dengan benar atau tidak:
a.       Jika bayi melekat dengan benar, bibir bawah akan terlipat ke bawah dan dagu akan mendekat ke payudara. Lidah seharusnya ada di bawah areola dan puting melengket ke langit-langit mulut bayi.
b.      Seluruh puting dan areola berada dalam mulut bayi.



Gambar 2.1 Tanda perlekatan mulut bayi dengan areola
Sumber: Ramaiah (2006)

3.      Posisi
Berbagai cara menggendong bayi selama menyusukan bayi:
a.    Menggendong dengan topangan menyilang
Posisi ini juga disebut gendongan transisi, gendongan seberang, atau gendongan menyilang dan ideal untuk memantapkan menyusukan setelah kehamilan pertama atau segera setelah persalinan. Ini karena posisi ini memungkinkan ibu memegang kendali yang lebih besar terhadap bayi dan payudaranya.
Sumber: Ramaiah (2006)
Gambar 2.2 Menggendong dengan topangan menyilang


b.   Gendongan futbol
Cara ini disebut juga gendongan menjepit bola. Posisi ini ideal setelah persalinan dengan operasi caesar agar bayi tidak berkontak dengan bekas operasi. Gendongan ini juga ideal bagi wanita yang memiliki payudara yang besar karena memberikan lebih banyak ruang bagi bayi untuk bernapas.
Sumber: Ramaiah (2006)
Gambar 2.3 Gendongan futbol

c.    Gendongan biasa
Posisi ini lebih cocok bagi bayi yang sudah lebih besar dan ketika menyusukan di tempat yang ramai.
Sumber: Ramaiah (2006)
Gambar 2.4 Gendongan biasa


d.   Posisi berbaring miring
Posisi ini juga disebut dekapan miring, paling cocok untuk menyusukan pada malam hari dan setelah persalinan dengan operasi caesar.
Sumber: Ramaiah (2006)
Gambar 2.5 Posisi berbaring miring

e.    Posisi menyusukan bayi kembar
1)      Posisi Crisscross
Gambar 2.6 Posisi Crisscross
Sumber: Ramaiah (2006)


2)      Posisi Double Football
Gambar 2.7 Posisi Double Football
Sumber: Ramaiah (2006)

Menyusukan dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu.
2.2     Tinjauan Umum Tentang ASI Eksklusif
2.2.1     Pengertian ASI Eksklusif
Menurut Roesli (2005), yang dimaksud dengan ASI Eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara Eksklusif adalah  bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, airt teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim. Pemberian ASI secara Eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 6 bulan, dan setelah 6 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan padat. Sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun.
ASI  Eksklusif didefinisikan sebagai konsumsi dan asupan makanan bagi bayi, asupan makanan tersebut adalah air susu ibu tanpa suplemen jenis apapun baik itu air, juice, makanan dalam bentuk apapun kecuali untuk vitamin, mineral, dan pengobatan (Baskoro, 2008).
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah lahir sampai bayi berumur 6 bulan tanpa pemberian makanan lain. Tindakan ini akan terus merangsang produksi ASI sehingga pengeluaran ASI dapat mencukupi kebutuhan bayi dan bayi akan terhindar dari diare (Purwanti, 2004).
2.2.2        Manfaat ASI Eksklusif
Menutut Baskoro (2008), ada beberapa manfaat ASI Eksklusif yaitu:
1.      Bagi bayi:
a.          ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis, mudah dicerna, dan memiliki komposisi zat gizi yang ideal sesuai  dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi.
b.         ASI mengandung zat pelindung atau antibody yang dapat melindungi bayi selama 5-6 bulan pertama
c.          ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi.
d.         Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu dan bayi.
e.          Menurut penelitian, IQ pada bayi yang diberi ASI lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.
2.      Bagi ibu
a.          Suatu rasa kebanggaan dari ibu bahwa ibu dapat memberikan “kehidupan” bagi bayinya.
b.         Hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit yang erat, bagi perkembangan psikis dan emosional ibu dan anak.
c.          Dengan menyusukan, rahim ibu akan berkontraksi yang dapat mempercepat pengembalian keukuran sebelum hamil.
d.         Dengan menyusukan, maka kesuburan ibu akan berkurang untuk beberapa bulan dengan kata lain dapat menjarangkan kehamilan.
e.          Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang kan datang.
f.          Dengan menyusukan secara Eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi sampai bayi berusia 6 bulan. Dengan demikian akan mengehemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatnnya.
      Selain bermanfaat bagi bayi dan ibu, Roesli  (2005) menambahkan ASI Eksklusif juga bermanfaat untuk Negara. ASI Eksklusif akan menghemat pengeluaran Negara karena hal-hal berikut:
1.      Penghematan devisa untuk pembelian susu formula, perlengkapan menyusukan, serta biaya menyiapkan susu.
2.      Penghematan untuk biaya sakit terutama sakit muntah-mencret dan sakit saluran nafas.
3.      Penghematan obat-obatan, tenaga, dan sarana kesehatan.
4.      Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas untuk membangun Negara.
5.      Langkah awal untuk mengurangi dan menghindari terjadinya lost generation di Indonesia.
2.2.3           Bagaimana Mencapai ASI Eksklusif
      WHO dan UNICEF merekomendasikan langkah-langkah berikut untuk memulai dan mencapai ASI Eksklusif:
1.            Menyusukan dalam satu jam setelah kelahiran
2.            Menyusukan secara ekslusif: hanya ASI. Artinya, tidak ditambah makanan atau minuman lain, bahkan air putih sekalipun.
3.            Menyusukan kapanpun bayi meminta (on-demand), sesering yang bayi mau, siang dan malam.
4.            Tidak menggunakan botol susu maupun empeng (WHO, 2001).

2.3        Tinjauan umum tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif.
Menurut Baskoro (2008), ada beberap faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif yaitu tingkat pengetahuan ibu, faktor sosial budaya yaitu dukungan keluarga, gencarnya promosi susu formula, pekerjaan ibu dan status kesehatan ibu. Selain itu, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan menambahkan dukungan petugas dan fasilitas kesehatan juga turut mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif (Menegpp, 2009).
2.3.1              Tingkat pengetahuan
Jika ibu sudah mengetahui stimulus atau obyek kesehatan tentang pengertian ASI, manfaat ASI, manajemen laktasi, dan keuntungan ASI, kemudian mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahuinya maka akan timbul perilaku pemberian ASI Eksklusif (Ayu, 2008).
2.3.2              Dukungan keluarga
Kunci keberhasilan menyusukan yang utama adalah  niat yang kuat seorang ibu untuk menyusukan bayinya. Secara psikologis ibu dengan dukungan keluarga terutama suami punya pengaruh yang cukup besar dalam keberhasilan pemberian ASI Eksklusif (Baskoro, 2008).
2.3.3              Promosi susu formula
Menurut Baskoro (2008), kemajuan teknologi dan canggihnya komunikasi serta gencarnya promosi susu formula pengganti ASI  membuat masyarakat kurang percaya akan keampuhan ASI dan tergiur untuk memilih susu formula.
2.3.4              Pekerjaan ibu
Khusus pada ibu-ibu yang bekerja, dengan singkatnya masa cutu hamil dan melahirkan bahkan sebelum pemberian ASI Eksklusif berakhir, ibu sudah harus kembali bekerja meninggalkan bayinya. Keadaan ini juga mengganggu pemberian ASI Eksklusif (Baskoro, 2008).
2.3.5              Status kesehatan ibu
Selama menyusukan ibu harus menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh. Ibu yang sakit dan tidak bugar tidak akan menghasilkan ASI yang berkualitas. Produksi ASI menurun atau kurang hingga akhirnya ASI tidak terproduksi lagi. Yang lebih memprihatinkan, jika karena penyakit ibu tidak diperbolehkan memberikan ASI karena membahayakan bayinya (Kasdu, 2006).
2.3.6              Dukungan petugas kesehatan
Peranan petugas kesehatan sangat penting dalam melindungi, meningkatkan, dan mendukung usaha menyusukan harus dapat dilihat dalam segi keterlibatannya yang luas dalam aspek sosial. Sebagai individu yang bertanggung jawab dalam gizi bayi dan perawatan kesehatan, petugas kesehatan mempunyai posisi unik yang dapat mempengaruhi organisasi dan fungsi pelayanan kesehatan ibu, baik sebelum, selama maupun setelah kahamilan dan persalinan (Afifah, 2007).
2.3.7              Fasilitas kesehatan
Fasilitas RB/RS sebenarnya sangat mendukung pelaksanaan ASI Eksklusif karena sebagian besar telah memiliki fasilitas rawat gabung. Bahkan ada BPS yang merawat ibu dan anak dalam satu tempat tidur. Namun karena biasanya subjek berada di tempat bersalin hanya 1 hingga 2 hari maka penjelasan tentang menyusukan dan perawatan payudara kurang dapat disampaikan dengan baik. Banyak Rumah Sakit, puskesmas, klinik dan rumah bersalin yang belum merawat bayi baru lahir berdekatan dengan ibunya (Afifah, 2007).
2.4        Tinjauan umum tentang tingkat pengetahuan tentang ASI Eksklusif
                     Dalam bukunya, Notoatmodjo (2009) menuliskan pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya).
            Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang diperoleh dan ditemui manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya (Wales, 2009).
                     Akibat kehilangan kesempatan memperoleh ASI Eksklusif, lebih dari 5 juta balita menderita kurang gizi serta 1,7 juta balita menderita gizi buruk. Hal ini disebabkan karena rendahnya pengetahuan para ibu tentang ASI (Ayu, 2008).          
              Pengetahuan sangat penting perannya dalam memberikan wawasan terhadap terbentuknya sikap dan akan diikuti dengan tindakan dalam hal pelaksanaan pemberian ASI .Jika ibu sudah mengetahui stimulus atau obyek kesehatan tentang pengertian ASI, manfaat ASI, manajemen laktasi, dan keuntungan ASI, kemudian mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahuinya maka akan timbul perilaku pemberian ASI Eksklusif (Ayu, 2008).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rahayuningsih (2005),  ada hubungan yang cukup kuat antara pengetahuan ibu tentang ASI dengan pemberian ASI Eksklusif. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningrum  (2007) yang menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dengan pemberian ASI Eksklusif.
2.5        Tinjauan umum tentang pekerjaaan ibu menyusukan
Menurut Wales (2009), Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan profesi.
Menjadi seorang ibu merupakan anugerah tersendiri bagi perempuan. Sementara menjadi ibu bekerja juga kebutuhan hidup sekaligus keasyikan tersendiri. Saat keduanya harus bersinergi, realisasinya tidaklah mudah.
Di Inggris ibu yang hamil dan melahirkan bisa mendapatkan cuti 40 minggu, yang diambil mulai 11 minggu sebelum hari perkiraan lahir sampai 29 minggu setelah melahirkan. Artinya, mungkin sekali bagi ibu di sana untuk memberikan ASI Eksklusif bagi bayinya.  Ironis sekali jika melihat keadaan di Indonesia, sesuai kebijakan pemerintah, sebagian besar perusahaan menerapkan kebijakan pemberian cuti melahirkan hanya tiga bulan. Karena itu, kendati kampanye nasional pemberian ASI Eksklusif selama enam bulan dicanangkan, dan informasi tentang manfaat ASI Eksklusif disebarluaskan merata di tengah masyarakat, tetapi pada kenyataannya hanya penyebarluasan informasi saja yang bisa berhasil dengan baik, tetapi semua itu hanya sebatas informasi yang sulit sekali diwujudkan sebagai tindakan nyata (Akida, 2004)
Khusus bagi ibu yang bekerja, dengan singkatnya masa cuti hamil dan melahirkan bahkan sebelum pemberian ASI Eksklusif berakhir ibu sudah harus kembali bekerja dan meninggalkan bayinya  mengganggu pemberian ASI Eksklusif. Sebenarnya Kendati demikian, hal itu tidak berarti kesempatan ibu yang bekerja untuk memberi ASI Eksklusif kepada bayinya hilang sama sekali. Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI Eksklusif bagi sang buah hati. Selain diberikan secara langsung, yakni dengan menyusukan si kecil,  ASI juga dapat diberikan secara tidak langsung dengan cara memberikan ASI perah. Namun pada kenyataannya hal itu sulit dilakukan terutama bagi ibu yang bekerja di luar rumah. Kondisi fisik dan mental yang lelah setelah bekerja sepanjang hari telah menghambat kelancaran produksi ASI. Sejumlah ibu yang baru memiliki bayi mengaku terpaksa memberikan susu formula lantaran harus kembali bekerja. Produksi ASIpun menurun lantaran kelelahan setelah seharian bekerja (Rachmawati,2006).
 Roesli (2005), menambahkan, dukungan lingkungan tempat bekerja yang ramah ibu berpengaruh sangat positif terhadap keberhasilan realisasi ASI Eksklusif bagi bayi-bayi Indonesia. Perusahaan hendaknya juga memberi keleluasaan bagi para karyawati untuk menyusukan bayi atau memerah ASInya di luar waktu istirahat.
 Beberapa penelitian di Indonesia melaporkan sangat sedikit ibu yang tetap memberikan ASI setelah kembali bekerja. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Merdeyanti (2007), yang memperoleh hasil bahwa proporsi ibu yang tidak patuh memberikan ASI Eksklusif pada ibu yang bekerja adalah 60%, dengan risiko 1.5 kali lebih besar dibandingkan ibu yang tidak bekerja.
2.6        Tinjauan umum tentang sikap ibu menyusukan tentang ASI Eksklusif
            Untuk pengertian sikap, Notoatmodjo (2005) menuliskan, sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya).
Ramadhani (2009) yang mengutip dari Aiken menuliskan sikap adalah predisposisi atau kecenderungan yang dipelajari dari seorang individu untuk merespon secara positif atau negatif dengan intensitas yang moderat dan atau memadai terhadap objek, situasi, konsep, atau orang lain.
            Sikap adalah perasaan seseorang tentang obyek, aktivitas, peristiwa dan orang lain. Perasaan ini menjadi konsep yang merepresentasikan suka atau tidak sukanya (positif, negatif, atau netral) seseorang pada sesuatu . Sikap muncul dari berbagai bentuk penilaian. Sikap dikembangkan dalam tiga model, yaitu afeksi, kecenderungan perilaku, dan kognisi. Respon afektif adalah respon fisiologis yang mengekspresikan kesukaan individu pada sesuatu. Kecenderungan perilaku adalah indikasi verbal dari maksud seorang individu. Respon kognitif adalah pengevaluasian secara kognitif terhadap suatu objek sikap. Kebanyakan sikap individu adalah hasil belajar sosial dari lingkungannya. (Wales, 2009).
            Menurut Widyatun (2000), sikap mempunyai komponen dan fungsi sebagai berikut:
2.6.1        Komponen pokok sikap
1.   Afeksi
Merupakan komponen emosional atau perasaan, pernyataan tentang hal yang disenangi. Sebuah sikap yang terdiri dari persepsi, opini, dan keyakinan-keyakinan seseorang.
2.   Kognisi
Adalah keyakinan evaluatif seseorang. Keyakinan-keyakinan evaluatif, dimanifestasi dalam bentuk impresi atau kesan baik atau buruk yang dimiliki seseorang terhadap objek atau orang tertentu.
3.   Perilaku
Sebuah sikap yang berhubungan dengan kecenderungan seseorang untuk bertindak terhadap seseorang atau hal tertentu dengan cara tertentu. Seseorang misalnya dapat bertindak terhadap orang lain, atau hal lain dengan cara bersahabat, hangat, agresif, bermusuhan atau apatis, ataupun dengan cara-cara lain.
2.6.2        Fungsi sikap
1.   Fungsi instrumental, yaiti sikap yang dikaitkan dengan praktis atau menfaat dan menggambarkan keadaan keinginannya atau tujuan.
2.   Fungsi pertahanan ego, yaitu sikap yang diambil untuk melindungi diri dari kecemasan atau ancaman harga dirinya.
3.   Fungsi nilai ekspresi, yaitu sikap yang menunjukkan nilai yang diambil individu bersangkutan.
4.   Fungsi pengetahuan, setiap individu memiliki motif untuk ingin tahu, ingin mengerti, ingin banyak mendapat pengalaman dan pengetahuan, yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.
5.   Fungsi penyesuaian sosial, yaitu sikap yang diambil sebagai bentuk adaptasi dengan lingkungannya.
            Sikap ibu mempunyai peran penting terhadap pelaksanaan pemberian ASI, Secara teori dikatakan bahwa ibu yang mempunyai sikap positif terhadap pemberian ASI maka pelaksanaan pemberian ASI meningkat.
Sikap ibu terhadap pemberian ASI  dapat  dipengaruhi oleh berbagai informasi yang diperoleh tentang kekurangan pemberian ASI dan keunggulan susu formula. Dari kenyataan yang dilihat bahwa bayi yang diberi susu formula lebih gemuk dari bayi yang hanya diberikan ASI.

BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1        Kerangka konsep penelitian
ASI adalah makanan alamiah atau makanan terbaik yang dapat diberikan oleh seorang ibu kepada anaknya karena komposisi zat gizi didalamnya secara optimal mampu  menjamin pertumbuhan tubuh bayi yang mempunyai banyak keunggulan. Ibu yang mempunyai pengetahuan yang cukup maupun kurang sangatlah mempengaruhi pemberian ASI pada bayi. Pada kenyataannya, pengetahuan masyarakat tentang ASI Eksklusif masih sangat kurang.
Pengetahuan sangat penting perannya dalam memberikan wawasan terhadap terbentuknya sikap dan akan diikuti dengan tindakan dalam hal pelaksanaan pemberian ASI. Oleh karena itu dibuatlah kerangka konsep seperti yang terdapat di halaman berikutnya.
  





Var. Independent                              Var. Dependent                    
Tingkat pengetahuan ibu
Pekerjaan ibu
 



Sikap ibu menyusukan tentang ASI eksklusif
Dukungan keluarga

           
Promosi susu formula
Fasilitas kesehatan
Dukugan petugas kesehatan
Status kesehatan ibu
Menyusukan ASI eksklusif
 








Ket:                       : Variabel yang diteliti
                              : Variabel yang tidak diteliti
3.2        Hipotesis penelitian
Adapun hipotesis alternative dalam penelitian ini adalah:
1.         Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap ibu menyusukan tentang ASI Eksklusif.
2.         Ada hubungan antara pekerjaan dengan sikap ibu menyusukan tentang ASI Eksklusif.

BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1  Desain/rancangan penelitian
Desain penelitian pada hakekatnya merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada seluruh proses penelitian. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah desain penelitian deskriptif analitik yang dimaksud untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan pekerjaan dengan sikap ibu menyusukan tentang ASI Eksklusif.
Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional study, dimana variabel independent dan variabel dependent di teliti pada waktu yang bersamaan.








4.2 
Menentukan polulasi: Semua ibu menyusukan yang berkunjung ke Puskesmas Pattallassang selama penelitian berlangsung.
Kerangka kerja

Penyajian data
Consecutive Sampling
Pengumpulan data
Variabel yang diteliti
Kuesioner


Pengolahan dan analisa data
1.      Editing
2.      Koding
3.      Tabulating
4.      Analisa univariat
5.      Analisa bivariat


Var. Dependent
Sikap ibu tentang ASI eksklusif


Var. Independent
1.      Tingkat pengetahuan
2.      Pekerjaan ibu


Menetapkan sampel  sesuai kriteria inklusi
 

















4.3  Identifikasi variabel
Varibel adalah perilaku atau karakteristik yang memberi nilai terhadap sesuatu (benda, manusia, dll) (Nursalam, 2003).
 Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independent (bebas) dan variabel dependent (terikat).
4.3.1           Variabel independent
Menurut Hidayat (2003), variabel independent adalah variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependent (terikat). Dalam penelitian ini, variabel independentnya  adalah tingkat pengetahuan dan pekerjaan ibu.
4.3.2           Variabel dependent
Variabel dependent merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel independent (Hidayat, 2003). Dalam penelitian ini variabel independentnya adalah sikap ibu menyusukan.
4.4  Definisi operasional
No
Variabel
Definisi
Alat ukur
Skala
Skor


1.








2
Variabel IndependentTingkat pengetahuan ibu







Pekerjaan ibu


Segala sesuatu yang diketahui  oleh ibu tentang ASI Eksklusif.






Suatu pekerjaan pokok yang dilakukan ibu di luar rumah dan mendapatkan hasil dari pekerjaaan tersebut.


Kuesioner









Kuesioner


Ordinal









Nominal



Cukup: jika skor responden > 8
Kurang: jika skor responden < 8





Bekerja:jika responden memilih salah satu pilihan jawaban pekerjaan yang tersedia
Tidak bekerja:
Jika responden memilih pilihan tidak bekerja



3


Variabel dependent
Sikap ibu
 






Merupakan reaksi ibu tentang pemberian ASI Eksklusif




Kuesioner



Ordinal  



Positif:
Jika skor responden > 25
Cenderung negatif:
Jika skor responden < 25

4.5  Sampling desain
4.5.1        Populasi
Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti. Bukan hanya objek atau subjek yang dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subjek atau objek tersebut (Hidayat, 2003).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua ibu menyusukan yang datang berkunjung di Puskesmas Pattallassang selama penelitian berlangsung.
4.5.2        Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2003)
1.      Kriteria sampel
a.       Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003).
Kriteria inklusi sebagai berikut :
1)                  Ibu menyusukan yang memiliki bayi usia > 6 bulan
2)                  Bersedia ikut dalam penelitian
3)                  Bayi yang dirawat oleh ibu kandungnya.
b.      Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena  berbagai sebab (Nursalam, 2003).
                        Kriteria eksklusi:
1)                  Ibu dengan penyakit komplikatif
2)                  Ibu yang tidak bisa baca tulis.
2.      Besar sampel
Besar sampel dalam penelitian ini tergantung pada besarnya jumlah ibu menyusukan yang berkunjung ke Puskesmas Pattallassang Kabupaten Takalar yang memenuhi kriteria inklusi selama penelitian berlangsung yaitu sebanyak 53 orang.
4.5.3        Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan objek penelitian (Nursalam, 2003).
Dalam penelitian ini metode penarikan sampel adalah tehnik consecutive sampling dimana cara pengambilan sampel dengan memilih sampel yang memenuhi kriteria penelitian selama kurun waktu tertentu yaitu selama penelitian berlangsung.
4.6  Pengumpulan data dan analisa data
4.6.1        Tempat dan waktu
                    Tempat penelitian adalah di Puskesmas Pattallassang Kabupaten Takalar direncanakan 11 Maret 2010 sampai 11 April 2010.
4.6.2        Pengumpulan data
Setelah mendapat izin dari kepala Puskesmas maka peneliti mangadakan pendekatan kepada seluruh responden untuk mengambil data. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner sebagi subyek penelitian tanpa diberi nama tetapi diberi kode khusus. Hasil pengisian kuesioner akan dipresentasikan  dalam bentuk table dan diagram.
4.6.3        Rencana pengolahan dan analisa data
1.         Penilaian angket
Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reabilitasnya oleh peneliti sebelumnya.
Setelah kuesioner diisi oleh responden, kuesioner diperiksa ulang untuk mengetahui kelengkapan isi datanya. Setelah data lengkap data dikelompokkan dan ditabulasi berdasarkan subvariabel yang diteliti kemudian dilakukan penilaian masing-masing subvariabel sebagai berikut:
a.    Variabel  tingkat pengetahuan
Untuk variabel tingkat pengetahuan diukur dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 15 pertanyaan. Jika jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0.
b.   Variabel pekerjaan ibu
Untuk variabel pekerjaan diukur dengan menggunakan kuesioner dengan beberapa pilihan jawaban. Dikatakan bekerja jika responden memilih salah satu pilihan pekerjaan dan tidak bekerja jika responden memilih pilihan tidak bekerja.


c.    Variabel sikap ibu
Untuk mengukur sikap ibu menggunakan 10 pernyataan dengan menggunakan skala likert yang terdiri dari 5 alternatif jawaban.
Untuk pernyataan positif diberi skor
                                    STS (Sangat Tidak Setuju)     : 0
TS (Tidak Setuju)                    : 1
R (Ragu-ragu)                         : 2
S (Setuju)                                : 3
SS (Sangat Setuju)                  : 4
Untuk pernyataan negatif diberi skor
                                    STS (Sangat Tidak Setuju)     : 4
TS (Tidak Setuju)                    : 3
R (Ragu-ragu)                         : 2
S (Setuju)                                : 1
SS (Sangat Setuju)                  : 0
Kemudian jumlah skor yang diperoleh responden dijumlahkan lalu dikelompokkan sebagai berikut:
Sikap dikatakan positif jika skor responden > 25
Sikap dikatakan cenderung negatif jika skor responden < 25
2.         Analisa data
                             Analisis data yang digunakan adalah analisa univariat dan analisa bivariat. Analisa univariat dilakukan  untuk mendeskripsikan masing-masing variabel yaitu tingkat pengetahuan Ibu, pekerjaan ibu dan sikap ibu menyusukan ASI Eksklusif dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.
                            Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independent dan variabel dependent. Diuji dengan menggunakan uji Chi-Square test dengan menggunakan program SPSS versi 15,0.
4.7  Etik penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti mendapat izin dari Kepala Puskesmas Pattallassang Kabupaten Takalar untuk melakukan penelitian, khususnya pada ibu menyusukan. Setelah mendapat izin, barulah melakukan penelitian dengan menekan masalah etika yang meliputi:
4.7.1        Lembar persetujuan (informed consent)
Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian serta manfaat penelitian dengan tujuan responden dapat mengerti maksud dan tujuan penelitian. Bila subyek menolak, maka peneliti tidak memaksa tetap menghormati hak-hak subyek.
4.7.2        Tanpa nama (anonymity)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak akan mengutamakan nama subyek pada lembar pengumpulan data yang diisi subyek, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode tertentu.
4.7.3        Kerahasiaan(confinientiality)
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
4.8  Keterbatasan
Dalam penelitian ini, kelemahan atau keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti adalah kemampuan peneliti masih kurang, karena peneliti masih termasuk taraf pemula, sehingga hasil penelitian masih banyak kekurangan.














BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1     Hasil penelitian
5.1.1        Karakteristik lokasi penelitian
Puskesmas Pattallassang terletak di pusat Kota Takalar. Lokasinya sangat strategis dan mudah dijangkau. Merupakan gedung milik pemerintah, terdiri dari 2 lantai beralamatkan di jalan Jend. Sudirman Kecamatan Pattallassang Kabupaten Takalar.
5.1.2        Data umum
Hasil pengolahan data penelitian ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:
a.      Umur
Tabel 5.1
Distribusi   frekuensi    responden     berdasarkan   umur
Di Puskesmas Pattallassang Kecamatan Pattallassang
Kabupaten Takalar Tahun 2010

Umur
N
%
20-30
15
28,3
31-41
27
50,9
> 42
11
20,8
Total
53
100,0
Sumber: Data Primer

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 53 responden, lebih dari separuh responden (50,9%) berumur antara 31 – 41 tahun, dan responden terkecil sebanyak 11 responden (20,8 %) berumur 42 tahun atau lebih.
b.      Tingkat pendidikan
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
Di Puskesmas Pattallassang Kecamatan Pattallassang
Kabupaten Takalar Tahun 2010

Tingkat Pendidikan
N
%
SD
SMP
SMA
D3
S1
8
9
22
6
8
15,1
17,0
41,5
11,3
15,1
Total
53
100,0
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa hampir setengah responden (41,5%) merupakan lulusan SMA dan responden terkecil berasal dari lulusan D3 yaitu sebanyak 6 orang (11,3%).







5.1.3        Data khusus
a.      Tingkat pengetahuan ibu
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan di Puskesmas Pattallassang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Takalar Tahun 2010

Tingkat Pengetahuan
n
%
Cukup
Kurang
35
18
66,0
34,0
Total
53
100,0
Sumber: Data Primer
Tabel diatas menunjukkan Lebih dari separuh responden sudah memiliki pengetahuan yang cukup (66,0%), dan selebihnya masih dalam kategori tingkat pengetahuan kurang (34,0%).
b.      Pekerjaan ibu
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Di Puskesmas Pattallassang Kecamatan Pattallassang
Kabupaten Takalar Tahun 2010

Pekerjaan
n
%
Bekerja : PNS
              Peg. Swasta
              Wiraswasta
              Tani
Tidak bekerja (IRT)
9
7
4
7
26
17,0
13,2
7,5
13,2
49,1
Total
53
100,0
           Sumber: Data Primer
           Tabel di atas menunjukkan dari 53 responden, hampir separuh (49,1%) adalah ibu rumah tangga dan responden dengan jumlah terkecil adalah ibu yang bekerja sebagai wiraswasta (7,5%).
c.       Sikap ibu
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Ibu tentang ASI Eksklusif di Puskesmas Pattallassang
Kecamatan Pattallassang Kabupaten Takalar Tahun 2010

Sikap
N
%
Positif
Cenderung negatif
28
25
52,8
47,2
Total
53
100,0
Sumber: Data Primer
Dari hasil penelitian di atas menunjukkan dari 53 responden, lebih dari separuh responden (52,8%) memiliki sikap yang positif terhadap ASI Eksklusif, dan selebihnya adalah responden dengan sikap yang  cenderung negatif (47,2%).







d.      Hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap ibu menyusukan tentang ASI Eksklusif.
Tabel 5.6
Analisis Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Ibu Menyusukan Tentang ASI Eksklusif di Puskesmas Pattallassang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Takalar Tahun 2010

Tingkat Pengetahuan
Sikap Ibu Menyusukan Tentang ASI Eksklusif
Jumlah
p
Positif
Cenderung Negatif
n
%
n
%
Cukup
26
49,1
9
17,0
35
0,000
Kurang
2
3,8
16
30,2
18
Jumlah
28
52,8
25
47,2
53

   p: 0,000 (p < 0,05)
Tabel 5.6 menunjukkan sebaran persentase bahwa ibu yang pengetahuannya cukup cenderung memiliki yang positif terhadap ASI Eksklusif, sementara pada ibu yang pengetahuannya kurang memiliki sikap yang cenderung negatif terhadap ASI Eksklusif.
Hasil uji dengan menggunakan Chi-Square test  seperti diperlihatkan oleh tabel diperoleh nilai p = 0,000 lebih kecil dari nilai p standar (0,05), dengan demikian berarti hipotesis alternatif diterima. Artinya terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan sikap ibu menyusukan tentang ASI Eksklusif.

e.       Hubungan pekerjaan dengan sikap ibu menyusukan tentang ASI Eksklusif
Tabel 5.7
Analisis Hubungan Pekerjaan dengan Sikap Ibu Menyusukan Tentang ASI Eksklusif di Puskesmas Pattallassang kecamatan Pattallassang Kabupaten Takalar Tahun 2010

Pekerjaan
Sikap Ibu Menyusukan Tentang ASI Eksklusif
Jumlah
p
Positif
Cenderung Negatif
n
%
n
%
Bekerja
Tidak bekerja
19
9
35,8
17,0
8
17
15,1
32,1
27
26
0,013
Jumlah
28
52,8
25
47,2
53

p = 0,013 (p< 0,05)

Tabel 5.7 menunjukkan sebaran persentase bahwa ibu yang bekerja cenderung memiliki sikap yang positif terhadap ASI Eksklusif, sementara pada ibu yang tidak bekerja memiliki sikap yang cenderung negatif terhadap ASI Eksklusif.
Hasil uji dengan menggunakan Chi-Square test  seperti diperlihatkan oleh tabel diperoleh nilai p = 0,013 lebih kecil dari nilai p standar (0,05), dengan demikian berarti hipotesis alternatif diterima. Artinya terdapat hubungan antara pekerjaan ibu dengan sikap ibu menyusukan tentang ASI Eksklusif.

5.2     Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dengan membandingkan dengan teori yang ada maka dapat dikemukakan:
5.2.1        Tingkat pengetahuan
Hasil analisa univariat menunjukkan bahwa dari 53 ibu menyusukan diperoleh jumlah ibu yang memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 35 (66,0%) orang, sedangkan yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 18 (34,0%) orang. Meskipun persentase ibu yang memiliki pengetahuan cukup lebih besar dari pada ibu yang pengetahuannya kurang, namun dapat dikatakan bahwa pengetahuan ibu menyusukan di wilayah kerja Puskesmas Pattallassang Kabupaten Takalar masih belum memadai.
Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Tidore (2006) di Puskesmas Barandassi Kabupaten Maros dengan hasil dari 40 responden , sebanyak 26 orang memiliki pengetahuan yang cukup dan 14 responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang ASI Eksklusif. Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Widowati (2009) di Kecamatan Laweyan dengan hasil bahwa pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif sebagian besar cukup .
Pengetahuan sangatlah penting dalam terbentuknya suatu sikap, baik itu sikap positif atau negatif. Diharapkan dengan pengetahuan yang cukup maka akan tercipta sikap yang positif terhadap apa yang diketahui seseorang . Notoatmodjo (2009) menuliskan pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya), dan  dengan pengetahuan akan menimbulkan respons batin dalam bentuk sikap terhadap objek yang diketahui itu dan akan diikuti dengan tindakan. Sama halnya dengan ASI Eksklusif, jika pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif sudah cukup diharapkan dapat tercipta sikap yang positif tentang ASI Eksklusif yang akan diikuti dengan tindakan pemberian ASI Eksklusif.
Untuk itu promosi sosialisasi tentang ASI Eksklusif oleh petugas kesehatan perlu ditingkatkan, karena keberadaan petugas kesehatan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam menyukseskan gerakan pemberian ASI Eksklusif. Petugas kesehatan yang berada pada tiap kelurahan menjadi ujung tombak dalam aktivitas kesehatan ibu dan anak, dimana dalam kesehariannya harus banyak berinteraksi dengan masyarakat terutama ibu.
5.2.2        Pekerjaan ibu
Hasil analisa univariat menunjukkan bahwa dari 53 ibu menyusukan diperoleh jumlah ibu yang bekerja sebanyak 27 (50,9%), sedangkan ibu yang tidak bekerja sebanyak 26 ( 49,1%).
Menurut Baskoro (2008), secara langsung ibu yang bekerja memiliki beban tambahan pada saat menyusukan bayinya. singkatnya masa cuti hamil dan melahirkan bahkan sebelum pemberian ASI Eksklusif berakhir ibu sudah harus kembali bekerja dan meninggalkan bayinya. Hal ini akan  mengganggu pemberian ASI Eksklusif. Sebenarnya kendati demikian, hal itu tidak berarti kesempatan ibu yang bekerja untuk memberi ASI Eksklusif kepada bayinya hilang sama sekali. Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI Eksklusif bagi sang buah hati. Selain diberikan secara langsung, yakni dengan menyusukan si kecil,  ASI juga dapat diberikan secara tidak langsung dengan cara memberikan ASI perah .
Soraya (2009) menuliskan langkah-langkah yang perlu disiapkan sebelum Ibu kembali bekerja :
1.   Siapkan ASI perah sekurang-kurangnya dua hari sebelum mulai bekerja.
2.   Perahlah ASI setiap 3 jam, makin sering ASI dikeluarkan, produksi ASI akan makin melimpah.
3.   Jangan berikan dot atau empeng pada bayi.
4.   Siapkan pengasuh bayi yang terampil untuk memberikan ASI perah dengan sendok/cangkir
5.   Susuilah bayi Ibu selama bayi bersama Ibu termasuk malam hari
6.   Banyak minum, atau minumlah bila haus,   dan sebelum   serta sesudah menyusui atau memerah ASI.
Namun demikian, beberapa penelitian di Indonesia melaporkan sangat sedikit ibu yang tetap memberikan ASI setelah kembali bekerja. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Merdeyanti (2007), yang memperoleh hasil bahwa proporsi ibu yang tidak patuh memberikan ASI Eksklusif pada ibu yang bekerja adalah 60%, dengan risiko 1.5 kali lebih besar dibandingkan ibu yang tidak bekerja.
5.2.3        Sikap ibu
Dari hasil analisa univariat menunjukkan dari 53 responden, lebih dari separuh responden (52,8%) memiliki sikap yang positif terhadap ASI Eksklusif, dan selebihnya adalah responden dengan sikap yang cenderung negatif (47,2%).
Sebelumnya, telah dilakukan  beberapa penelitian tentang sikap terhadap ASI Eksklusif. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Novika (2008) di Kelurahan Kuningan Timur Kotamadya Jakarta Selatan dengan hasil lebih dari separuh ibu (63.3%) memiliki sikap yang baik tentang pemberian ASI Eksklusif.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu merupakan suatu kesiapn untuk bereaksi terhadap objek (Notoadmodjo, 2005).
 Sikap adalah Bagaimana kita suka atau tidak suka terhadap sesuatu dan pada akhirnya menentukan perilaku kita. Dalam hubungannya dengan ASI ekslusif sikap ibu adalah bagaimana respon tertutup ibu menyusukan terhadap ASI Eksklusif, apakah positif atau negatif dan akhirnya akan menentukan perilaku ibu menyusui secara Eksklusif. Sikap yang positif seharusnya bisa menjadi predisposisi terciptanya perilaku pemberian ASI Eksklusif.
5.2.4        Hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap ibu menyusukan tentang ASI Eksklusif.
Dari hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square test diperoleh nilai p = 0,000 lebih kecil dari nilai p standar (0,05), dengan demikian berarti hipotesis alternatif diterima. Artinya terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan sikap ibu menyusukan tentang ASI Eksklusif, dalam hal ini pada ibu yang pengetahuannya cukup memiliki kontribusi yang lebih besar dalam terciptanya sikap yang positif tentang ASI Eksklusif.
Beberapa penelitian sebelumnya meneliti tentang hubungan tingkat pengetahuan terhadap perilaku pemberian ASI Eksklusif. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rahayuningsih (2005),  ada hubungan yang cukup kuat antara pengetahuan ibu tentang ASI dengan pemberian ASI Eksklusif. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningrum  (2007) yang menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dengan pemberian ASI Eksklusif. Selain kedua penelitian tersebut, ada pula penelitian yang meneliti tentang hubungan sikap terhadap perilaku pemberian ASI ekslusif . Seperti penelitian yang dilakukan oleh Yuliarti (2009) di Kabupaten Sragen dengan hasil  bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif.
Berbeda dengan beberapa penelitian diatas, dalam penelitian ini yang penulis teliti adalah hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap sikap ibu menyusukan tentang ASI Eksklusif. Didapatkan  bahwa frekuensi ibu yang memiliki pengetahuan cukup dan sikap yang positif sebanyak 26 (49,1%) orang. Hal ini menunjukkan bahwa ibu menyusukan yang memiliki pengetahuan cukup dibarengi dengan sikap yang positif. Hal ini sangat jelas bahwa orang yang memiliki pengetahuan yang cukup akan mampu mengubah sikapnya, sejalan dengan teori Rogert yang menyatakan bahwa sikap yang didasarai oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada sikap yang tidak didasari pengetahuan.
Notoadmodjo (2004) menuliskan bahwa dengan pengetahuan akan menimbulkan respons batin dalam bentuk sikap terhadap objek yang diketahui itu. Pengetahuan sangat penting perannya dalam memberikan wawasan terhadap terbentuknya sikap. Semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu tentang stimulus atau obyek kesehatan tentang pengertian ASI, manfaat ASI, manajemen laktasi, dan keuntungan ASI, maka akan tercipta sikap yang positif yang selanjutnya akan timbul perilaku pemberian ASI Eksklusif.



5.2.5        Hubungan pekerjaan  dengan sikap ibu menyusukan tentang ASI Eksklusif
Pekerjaan dapat menjadi penggambaran kedudukan sosial dan kemampuan ekonomi yang dimiliki seseorang. Tabel 5.7 menunjukkan ibu yang bekerja cenderung memiliki sikap yang positif tentang ASI Eksklusif dan ibu yang tidak bekerja cenderung memiliki sikap yang negatif tentang ASI Eksklusif. Hal ini disebabkan karena adanya hubungan sebab akibat yaitu pada ibu yang bekerja memiliki kemampuan dan memahami dengan baik tentang manfaat pemberian ASI Eksklusif bagi anak-anaknya.
Hasil uji dengan menggunakan Chi-Square test seperti diperlihatkan oleh tabel 5.6 diperoleh nilai p = 0,013, lebih kecil dari nilai p standar (0,05). Dengan demikian berarti hipotesis alternatif diterima. Artinya ada hubungan antara pekerjaan dengan sikap ibu menyusukan tentang ASI Eksklusif.
Menurut Baskoro (2008), khusus pada ibu-ibu yang bekerja, dengan singkatnya masa cuti hamil dan melahirkan bahkan sebelum pemberian ASI Eksklusif berakhir, ibu sudah harus kembali bekerja meninggalkan bayinya akan mengganggu pemberian ASI Eksklusif. Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan didapatkan hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif seperti penelitian yang dilakukan oleh Merdeyanti (2007), yang memperoleh hasil bahwa proporsi ibu yang tidak patuh memberikan ASI Eksklusif pada ibu yang bekerja adalah 60%, dengan risiko 1.5 kali lebih besar dibandingkan ibu yang tidak bekerja.
Berbeda dengan beberapa penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini yang peneliti  teliti hanyalah sikap ibu tentang ASI Eksklusif. Dan didapatkan hasil frekuensi ibu yang sikapnya positif lebih besar pada ibu yang bekerja. Dimana menurut Notoatmodjo (2005) yang mengutip dari Newcomb menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. Tentang ASI Eksklusif, meskipun ibu menyusukan sudah tahu bahwa ASI Eksklusif baik untuk pertumbuhan dan perkembangan anak dan sudah memiliki sikap yang positif tetapi karena ibu menyusukan ini harus bekerja dan ditempat kerjanya tidak terdapat sarana yang mendukung untuk pemberian ASI maka perilaku pemberian ASI tidak akan terlaksana. Sikap ibu yang positif tentang ASI Eksklusif masih terbatas pada keinginan atau kesediaan ibu untuk menberikan ASI Eksklusif.





BAB 6
PENUTUP

6.1           Kesimpulan
Berdasarkan tujuan penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.      Lebih dari separuh responden (66,0%) memiliki pengetahuan yang cukup tentang ASI Eksklusif.
2.      Separuh dari  responden (50,9%) merupakan ibu pekerja.
3.      Lebih dari separuh responden (52,8%) memiliki sikap yang positif tentang ASI Eksklusif.
4.      Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan sikap ibu menyusukan tentang ASI Eksklusif di wilayah Kerja Puskesmas Pattallassang Kabupaten Takalar  (p= 0,000).
5.      Terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan sikap ibu menyusukan tentang ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Pattallassang Kabupaten Takalar (p= 0,013).
6.2           Saran
1.      Kepada pihak Puskesmas Pattallassang Kabupaten Takalar hendaknya lebih meningkatkan pelayanan terutama sosialisasi tentang ASI Eksklusif sehingga dapat menumbuhkan kesadaran ibu-ibu yang memiliki bayi untuk mau memberi ASI Eksklusif, bukan sekedar menumbuhkan sikap setuju saja terhadap pemberian ASI Eksklusif.
2.      Bagi ibu pekerja, sikap yang positif harus diiukuti dengan perilaku nyata yaitu pemberian ASI Eksklusif dan bukan hanya sebatas keinginan . meskipun ibu bekerja, ibu masih tetap bisa memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya yaitu dengan cara memerah ASI dan tidak memberikan dot atau empeng pada bayi.
3.      Sikap positif hendaknya diwujudkan dalam suatu perilaku nyata yaitu pemberian ASI Eksklusif pada bayi.
4.      Kepada petugas kesehatan (kecamatan/Kabupaten), hendaknya memperbanyak penyuluhan kepada keluarga yang memiliki bayi tentang manfaat dan tujuan ASI Eksklusif bagi bayi dan ibu sehingga keluarga terutama ayah dapat mendorong ibu agar mau memberikan ASI Eksklusif kepada bayi mereka. Dan diharapkan agar kader-kader yang ada lebih aktif mengajak para ibu menyusui untuk datang ke posyandu sehingga dapat memberikan penyuluhan tentang ASI Eksklusif sehingga pengetahuan ibu menyusui tentang ASI Eksklusif meningkat.
5.      Kepada peneliti lain yang tertarik untuk melanjutkan penelitian ini agar dapat meneliti lebih lanjut dengan mencari variabel lain yang berhubungan dengan sikap ibu menyusukan tentang pemberian ASI ekkslusif. 

DAFTAR PUSTAKA
Afifah, Diana. (2007). Internet. “Faktor yang Berperan Dalam Kegagalan Praktik Pemberian ASI Eksklusif. http://eprints.undip.ac.id. Diakses 19 Desember 2009.
Akida,Widad. (2004). Internet.. Cuti Melahirkan dan Memberi ASI Eksklusif. http://www.menyusui.net. Diakses 01 Maret 2010.
Arafat. (2008).Internet. Asi Eksklusif..http://mhs.blog.ui.ac.id. Diakses 01 Maret 2010.
Ayu, Ela Widiati. (2008). Internet. “Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang ASI dan Pemberian ASI Eksklusif”. http://www.unissula.ac.id. Diakses 19 Desember 2009.
Baskoro, Anto. (2008). ASI Panduan Praktis Ibu Menyusui.Yogyakarta: Banyumedia.
Briawan, Dodik. (2004). Internet. “Pengaruh Promosi Susu Formula Terhadap Pergeseran Penggunaan ASI”. http://eprints.undip.ac.id. Diakses 23 Desember 2009.
BPS. (2007). Internet. Pencapaian MDGS di Tingkat Kecamatan. http://mdgs-dev-bps.go.id. Diakses 18 Desember 2009.
Departemen Kesehatan RI. (2004). Kebijakan Departemen Kesehatan tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Pekerja Wanita. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Hidayat, Alimul A. (2003). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Edisi I. Jakarta: Salemba Medika.
Kasdu, Dini. (2006). Panduan Perawatan Pasca Persalinan Edisi I. Jakarta: Penerbit Batavia.
Menegpp. (2009). Internet. Pekan ASI Sedunia Tahun 2009 “Menyusui: Sebuah Respon yang Sangat Penting dalam Situasi Darurat”. http://www.menegpp.go.id. Diakses 01 Maret 2010.
Menegpp, (2008). Internet.  86% Bayi di Indonesia Tidak Diberi ASI Eksklusif: http://www.menegpp.go.id. Diakses 17 Desember 2009.
Merdeyanti. (2007). Internet. “Hubungan Status Pekerjaan Dengan Kepatuhan ibu Memberikan ASI Eksklusif ddi RSUP DR. Sardjito” Yogyakarta. http://arc.ugm.ac.id. Diakses 01 Maret 2010.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Novika, Yulia. (2008). Internet. “Pengetahuan, Sikap dan Peran Ayah terhadap Pemberian ASI Eksklusif”. http://asi.iirc.ipb.ac.id. Diakses 8 Juli 2010.
Nuhung, Muh. (2009). Internet. Capaian dan Kinerja. Makassar: http://www.menegpp.go.id. Diakses 17 Desember 2009.
Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan Edisi I. Jakarta: Salemba Medika.
Pillitterri, Adelle. (2002). Buku Saku Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Purwanti, Hubertin. (2004). Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Rachmawati, Evy. (2006). Internet. ASI Eksklusif Demi Sang Anak. http://www.mitrainti.org. Diakses 01 maret 2010.
Rahayuningsih, Tri. (2005). Internet.Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Dengan Pemberian Kolostrum Dan ASI Eksklusif Di Kelurahan Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan”. .http://digilib.unnes.ac.id. Diakses 01 Maret 2010.
Ramaiah, Safitri. (2006). Manfaat ASI dan Menyusui. Jakarta: Penerbit PT. Bhuana Ilmu Populer.
Roesli, Utami. (2005).  Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya.
Saleha, Sitti. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Soraya, Luluk. (2009). Internet. Penatalaksanaan ASI eksklusif pada ibu bekerja. http://www.beingmom.org. Diakses 8 Juli 2010
STIKES Tanawali Persada Takalar. (2009). Buku Panduan Penelitian, Takalar: Stikes Tanawali Persada Takalar.
Tidore, Martini. (2006). “Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Ketaatan Ibu Dalam Memberikan ASI EKsklusif di Puskesmas Barandassi Kecamatan Lau Kabupaten Maros”. Makassar; Universitas Hasanuddin.
Wales, Jimmy. (2009). Internet. Pengetahuan. http://id.wikipedia.org. Diakses 19 Desember 2009.
Wales, Jimmy. (2009). Internet. Pekerjaan. http://id.wikipedia.org. Diakses 19 Desember 2009.
Wales, Jimmy. (2009). Internet.  Sikap. http://id.wikipedia.org. Diakses 19 Desember 2009.
Wahyuningrum, Novi. (2007). Internet. “Survey Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif pada Bayi di Desa Sadang Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus”. http://digilib.unnes.ac.id. Diakses 19 Desember 2009.
Widayatun, Tri Rusmi. (2000). Ilmu Perilaku M. A 104, Jakarta: CV. Sagung Seto.
Widowati, Oki. (2009). Internet. “Hubungan tingkat pengetahuan dan pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif di kelurahan Purwosari kecamatan Laweyan”. http://eprints.umc.ac.id. Diakses 8 Juli 2010.
Wulandari, Esthtetika. (2009). Internet. 18 persen ibu di Indonesia memberi asi eksklusif. http: //www.eurekaindonesia.org. Diakses 01 Maret 2010.
Yuliarti, Iin. (2009). Internet. “Hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan perilaku pemberian ASi eksklusif”. http://eprints.umc.ac.id. Diakses 8 Juli 2010.













 

 




4 komentar:

  1. numpang tanya. ini skripsi atau apa?penulisnya siapa dan tahun berapa?

    BalasHapus
  2. iya ini skripsi punya sy..tahun 2011iya ini skripsi punya sy..tahun 2011

    BalasHapus
  3. Boleh dijadikan pembanding skripsi saya?soalny beberapa variabel yg dihubungkan sm..
    Makasi

    BalasHapus
  4. mbak mkungkin saya bisa minta file,nya?? biar bisa saya cantumkan dalam dapus...klu boleh,mungkin bisa di email ke Lia.sofya@yahoo.com terimakasih mbak...

    BalasHapus