Laman

Selasa, 08 Februari 2011

mENanGiss Ternyata BanyaK GunaNya..:))

Kelamaan menangis memang bisa bikin mata merah dan bengkak.
Tapi jangan salah, menangis dan mengeluarkan air mata ternyata bisa jadi obat ajaib
yang berguna bagi kesehatan tubuh dan pikiran. Apa saja?Ada beberapa alasan manusia untuk menangis:

-> 1. Menangis karena kasih sayang & kelembutan hati.
-> 2. Menangis karena rasa takut.
-> 3. Menangis karena cinta.
-> 4. Menangis karena gembira.
-> 5. Menangis karena menghadapi penderitaan.
-> 6. Menangis karena terlalu sedih.
-> 7. Menangis karena terasa hina dan lemah.
-> 8. Menangis untuk mendapat belas kasihan orang.
-> 9. Menangis karena mengikut-ikut orang menangis.
-> 10. Menangis orang munafik – pura-pura menangis.

7 keajaiban yang bisa Anda dapatkan setelah menangis dan berair mata.

-> 1. Membantu penglihatan Air mata ternyata membantu penglihatan seseorang,
jadi bukan hanya mata itu sendiri. Cairan yang keluar dari mata dapat mencegah dehidrasi
pada membran mata yang bisa membuat penglihatan menjadi kabur.

-> 2. Membunuh bakteri Tak perlu obat tetes mata, cukup air mata yang berfungsi sebagai
antibakteri alami. Di dalam air mata terkandung cairan yang disebut dengan lisozom yang
dapat membunuh sekitar 90-95 persen bakteri-bakteri yang tertinggal dari keyboard komputer,
pegangan tangga, bersin dan tempat-tempat yang mengandung bakteri, hanya dalam 5 menit.

-> 3. Meningkatkan mood Seseorang yang menangis bisa menurunkan level depresi karena
dengan menangis, mood seseorang akan terangkat kembali. Air mata yang dihasilkan dari
tipe menangis karena emosi mengandung 24 persen protein albumin yang berguna dalam
meregulasi sistem metabolisme tubuh dibanding air mata yang dihasilkan dari iritasi mata.

-> 4. Mengeluarkan racun Seorang ahli biokimia, William Frey telah melakukan beberapa studi
tentang air mata dan menemukan bahwa air mata yang keluar dari hasil menangis karena emosional
ternyata mengandung racun. Tapi jangan salah, keluarnya air mata yang beracun itu menandakan
bahwa ia membawa racun dari dalam tubuh dan mengeluarkannya lewat mata.

-> 5. Mengurangi stres Bagaimana menangis bisa mengurangi stres ? Air mata ternyata juga
mengeluarkan hormon stres yang terdapat dalam tubuh yaitu endorphin leucine-enkaphalin
dan prolactin. Selain menurunkan level stres, air mata juga membantu melawan penyakit-penyakit
yang disebabkan oleh stres seperti tekanan darah tinggi.

-> 6. Membangun komunitas Selain baik untuk kesehatan fisik, menangis juga bisa membantu
seseorang membangun sebuah komunitas. Biasanya seseorang menangis setelah menceritakan
masalahnya di depan teman-temannya atau seseorang yang bisa memberikan dukungan, dan hal ini
bisa meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan juga bersosialisasi.

-> 7. Melegakan perasaan Semua orang rasanya merasa demikian. Meskipun Anda didera berbagai
macam masalah dan cobaan, namun setelah menangis biasanya akan muncul perasaan lega.

Setelah menangis, sistem limbik, otak dan jantung akan menjadi lancar, dan hal itu membuat
seseorang merasa lebih baik dan lega. Keluarkanlah masalah di pikiranmu lewat menangis,
jangan dipendam karena Anda bisa menangis meledak-ledak!

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELLITUS

A.    KONSEP MEDIS
1.      PENGERTIAN
Diabetes melitus adalah merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia.
2.      ETIOLOGI
a.       Kelainan aktivitas insulin
b.      Gengguan sistem imunitas
c.       Kelainan fungsi atau sel-sel beta yang bersifat genetik
d.      Usia
e.       Riwayat hidup
f.       Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fungsi integritas sel beta yaitu diet,obesitas,kehamilan dan virus
3.      KLASIFIKASI
Klasifikasi DM yang utama adalah
a.       Diabetes Melitus Tipe I
Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) adalah diebetes melitus tergantung insulin, kurang lebih 5%-10% penderita mengalami DM tipe I, yang biasanya ditandai dengan awitan mendadak yang biasanya terjadi pada usia 30 tahun.
b.      Diabetes Melitus Tipe II
Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) adalah diabetes melitus yang tidak tergantung insulin dan biasanya ditemukan pada usia > 30 tahun atau adanya obesitas.
4.      PATOFISIOLOGI
a.       DM Tipe I (IDDM)
Pada DM tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun
b.      DM Tipe II (NIDDM)
Biasanya terjadi pada berbagai usia tapi paling sering diatas usia 30 tahun. Herediter memegang peranan penting dalam terjadinya NIDDM. Faktor resiko lainnya adalah orang yang mengalami kegemukan, pertambahan usia dan walaupun secara nyata penyebab NIDDM belum diketahui tetapi pada umumnya menunjukkan bahwa akibat terbatasnya respon sel beta terhadap kejadian hiperglikemia dan abnormalitas insulin reseptor. Apabila produk insulin mencukupi, akan mencegah proses pemecahan lemak sehingga tidak terjadi ketosis.
5.      MANIFESTASI KLINIK
Gejala khas
§  Polidisi
§  Polifagia
§  Poliuria
§  Penurunan berat badan
Keluhan tidak khas
§  Lemah
§  Kesemutan
§  Gatal
§  Mata kabur
6.      KOMPLIKASI
Jika tidak ditangani dengan baik, akan menyebabkan komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata, ginjal jantung, pembuluh darah kaki dan saraf,
7.      PENATALAKSANAAN
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes melitus :
a.       Diet
b.      Latihan
c.       Pemantauan kadar glukosa darah
d.      Terapi (obat hiperglikemia)
e.       Pendidikan/penyuluhan
B.     KONSEP KEPERAWATAN
1.      PENGKAJIAN
Ø  Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita,keadaran,suara bicara,tinggi badan, berat badan dan tanda-tanda vital.
Ø  Kepala dan leher
Meliputi bentuk kepala,keadaan rambut,adakah pembesaran pada leher, telinga kadang-adang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah tersa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gsi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur/ganda.
Ø  Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku
Ø  Sistem pernapasan
Adakah sesak napas, batuk,nyeri dada pada penderita DM mudah terjadi infeksi
Ø  Sitem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, takhikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, kardiomegali
Ø  Sitem gastrointestinal
Terdapat poliphagi, polidipsi, mual, muntah, perubahan berat badan
Ø  Sistem urinaria
Poliuri, retensi urin, inkontinensia urin, rasa panas atau sakit saat berkemih
Ø  Sitem muskoluskletal
Cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ektremitas
Ø  Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensori, parastesia, mengantuk, refleks lambat, kacau mental, dan disorientasi..
Ø  Riwayat psiko sosial
Meliputi informasi mengenai peilaku atau perasaan yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya.
2.      DIAGNOSA KEPRAWATAN DAN INTERVENSI
a.       Gagguan rasa nyaman (nyeri) berhubngan dengan terputusnya kontinuitas jaringan .
INTERVENSI :
1.Kaji tingkat dan frekuensi nyeri
R/Untuk mengetahui tingkat nyeri yang dialami klien
2.ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam
R/tehnik relaksasi dapat menguragi nyeri yang dirasakan klien
3.atur posisi klien senyaman mungkin sesuai keinginan klien
R/Posisi yng nyaman akan membantu memberikan kesempatan bagi otot untuk relaksasi seoptimal mungkin.
4.kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam pemberian analgetik
R/Obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri klien
b.      Gangguan Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang
INTERVENSI :
1.Kolaborasi dalam pemberian insulin
R/Pemberian insulin akan meningkatkan pemasokan glukosa ke dalam jaringan sehingga menurunkan kadar gula darah
2.kaji pola makan klien
R/Indikator untuk menilai perkembangan
3.anjurkan klien untuk memetuhi dietnya
R/Kepatuhan terhadap diet dapat mencegh komplikasi terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia
4.Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian diet diabetik
R/Pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat penurunan kadar gula darah
c.       Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka dan tingginya kadar gula darah.
INTERVENSI :
1.Kaji adanya tanda tanda infeksi pada luka
R/Pengkajian yang tepat tentang tada tanda infeksi dapat membantu menentukantidakan selanjutnya
2.Lakukan perawatan luka secara aseptik
R/Untuk mencegah kontaminasi luka dan penyebaran infeksi
3.Kolaborasi dengan tim kesehatan lain unuk pemberian antibiotik
R/Antibiotika dapat membunuh kuman
4.Anjurkan klien unuk tidak memegang lukanya
R/Mencegah penyebaran infeksi
d.      Cemas berhubungn dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya
      INTERVENSI :
      1.Kaji tingkat kecemasan yang dialami klien
      R/Untuk menentukn tingkat kecemasan yang dialami klien sehingga perawat bisa memberikan intervensi yag cepatdan tepat
      2.Beri kesempatan pada klien utuk mengungkapkan rasa cemasnya
      R/Dapat meringankan beban fikiran klien
      3.Gunakan kounikasi terapeutik
      R/Agar terbina rasa saling percaya antar perawat – klien sehingga klien kooperatif dalam tindakan keperawatan
      4.Berikan keyakinan pada klien bahwa perawat ,dokter dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yng trbaik dan seoptimal mungkin.
      R/Sikap positif dari tim kesehatan akan membantu menurunkan kecemasan klien
e.   Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurannya informasi
      INTERVENSI :
      1.Kaji tingkat pengetahuan klien / keluarga tentang penyakit DM dan gangren
      R/ Untuk memberikan informasi,perawat perlu mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan yang diketahui klien atau keluarga
      2.Kaji latar belakang pendidikan klien
      R/ Agar dapat memberikan penjelasan dengan menggunakan kata-kat dan kalimat yang dapat dimengerti klien sesuai tingkat penddikan klien
      3.Jelaskan tentang proses penyakit dengan kata-kata dan bahasa yang mudah dimengerti.
      R/ Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat ehingga idak menimblkan kesalah pahaman
f.    Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh
      INTERVENSI :
      1. Kaji perasaan/persepsi klien tantan gambaran dirinya
      R/ Mengetahui adanya rasa negatif klien terhadap diriya
      2. Berikan dukngan dan tunjkkan perhatian dan penerimaan pada klien
      R/ Klien akan merasa dirinya dihargai
      3. Beri kesempata pada klien untuk mengekspresikan perasaan kehilangan
      R/ Untuk mendapatkan dukngan dalam proses berkabung yang normal
g.   Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka dikaki
      INTERVENSI :
      1. Kaji pola tidur klien
      R/ Mengetahui kebutuhan istirahat klien
      2. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang
      R/ Lingkungan yang nyaman dapat membantu menngkatkakan istirahat /tidur
      3. Beri penjelasan tentang pentingnya istirahat dan tidur
      R/ Agar klien mengetahui tentang pentingnya istirahat dan tidur 
                       
DAFTAR PUSTAKA

Ayub, Muhammad H,Dr, Sp. PD (2008), Materi Perkuliahan Semester 4 Diabetes Mellitus.
Brunner and suddarths (2001) buku ajar keperawatan Medikal bedah, Vol 2 : Penerbit Buku kedokteran EGC, Jakarta.
Fatmawati, S.Kp. M. Kes (2007), Materi Perkuliahan semester V, Asuhan Keperawatan Sistem Endokrin.
Iwan sain,  S.Kp.   M Kes ( 2008 ), Materi perkuliahan semester III , Trombus dan Emboli
Price, Silvia A (1995), Patifisiologi Buku 2 : Penerbit Buku kedokteran EGC, jakarta.

LAP. PENDAHULUAN MYOCARDITIS

MYOCARDITIS

A. PENGERTIAN
Myocardium lapisan medial dinding jantung yang terdiri atas jaringan otot jantung yang sangat khusus (Brooker, 2001).
Myocarditis adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium. pada umumnya disebabkan oleh penyakit-penyakit infeksi, tetapi dapat sebagai akibat reaksi alergi terhadap obat-obatan dan efek toxin bahan-bahan kimia dan radiasi (FKUI, 1999).
Myocarditis adalah peradangan dinding otot jantung yang disebabkan oleh infeksi atau penyebab lain sampai yang tidak diketahui (idiopatik) (Dorland, 2002).
Miokarditis adalah inflamasi fokal atau menyebar dari otot jantung (miokardium) (Doenges, 1999).
Dari pebgertian diatas dapat disimpulkan bahwa myocarditis adalah peradangan/inflamasi otot jantung oleh berbagai penyebab terutama agen-agen infeksi.


B. ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI
1) Acute isolated myocarditis adalah miokarditis interstitial acute dengan etiologi tidak diketahui.
2) Bacterial myocarditis adalah miokarditis yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
3) Chronic myocarditis adalah penyakit radang miokardial kronik.
4) Diphtheritic myocarditis adalah mikarditis yang disebabkan oleh toksin bakteri yang dihasilkan pada difteri : lesi primer bersifat degeneratiff dan nekrotik dengan respons radang sekunder.
5) Fibras myocarditis adalah fibrosis fokal/difus mikardial yang disebabkan oleh peradangan kronik.
6) Giant cell myocarditis adalah subtype miokarditis akut terisolasi yang ditandai dengan adanya sel raksasa multinukleus dan sel-sel radang lain, termasuk limfosit, sel plasma dan makrofag dan oleh dilatasi ventikel, trombi mural, dan daerah nekrosis yang tersebar luas.
7) Hypersensitivity myocarditis adalah mikarditis yang disebabkan reaksi alergi yang disebabkan oleh hipersensitivitas terhadap berbagai obat, terutama sulfonamide, penicillin, dan metildopa.
8) Infection myocarditis adalah disebabkan oleh agen infeksius ; termasuk bakteri, virus, riketsia, protozoa, spirochaeta, dan fungus. Agen tersebut dapat merusak miokardium melalui infeksi langsung, produksi toksin, atau perantara respons immunologis.
9) Interstitial myocarditis adalah mikarditis yang mengenai jaringan ikat interstitial.
10) Parenchymatus myocarditis adalah miokarditis yang terutama mengenai substansi ototnya sendiri.
11) Protozoa myocarditis adalah miokarditis yang disebabkan oleh protozoa terutama terjadi pada penyakit Chagas dan toxoplasmosis.
12) Rheumatic myocarditis adalah gejala sisa yang umum pada demam reumatik.
13) Rickettsial myocarditis adalah mikarditis yang berhubungan dengan infeksi riketsia.
14) Toxic myocarditis adalah degenerasi dan necrosis fokal serabut miokardium yang disebabkan oleh obat, bahan kimia, bahan fisik, seperti radiasi hewan/toksin serangga atau bahan/keadaan lain yang menyebabkan trauma pada miokardium.
15) Tuberculosis myocarditis adalah peradangan granulumatosa miokardium pada tuberkulosa.
16) Viral myocarditis disebabkan oleh infeksi virus terutama oleh enterovirus ; paling sering terjadi pada bayi, wanita hamil, dan pada pasien dengan tanggap immune rendah (Dorland, 2002).

C. PATOFISIOLOGI
Kerusakan miokard oleh kuman-kuman infeksius dapat melalui tiga mekanisme dasar :
1) Invasi langsung ke miokard.
2) Proses immunologis terhadap miokard.
3) Mengeluarkan toksin yang merusak miokardium.
Proses miokarditis viral ada 2 tahap :
Fase akut berlangsung kira-kira satu minggu, dimana terjadi invasi virus ke miokard, replikasi virus dan lisis sel. Kemudian terbentuk neutralizing antibody dan virus akan dibersihkan atau dikurangi jumlahnya dengan bantuan makrofag dan natural killer cell (sel NK).
Pada fase berikutnya miokard diinfiltrasi oleh sel-sel radang dan system immune akan diaktifkan antara lain dengan terbentuknya antibody terhadap miokard, akibat perubahan permukaan sel yang terpajan oleh virus. Fase ini berlangsung beberapa minggu sampai beberapa bulan dan diikuti kerusakan miokard dari yang minimal sampai yang berat (FKUI, 1999).
D. GEJALA KLINIS
 Letih.
˜
 Napas pendek.
˜
 Detak jantung tidak teratur.
˜
 Demam.
˜
 Gejala-gejala lain karena gangguan yang mendasarinya (Griffith, 1994).
˜
 Menggigil.
˜
 Demam.
˜
 Anoreksia.
˜
 Nyeri dada.
˜
 Dispnea dan disritmia.
˜
 Tamponade ferikardial/kompresi (pada efusi perikardial) (DEPKES, 1993).
˜

E. KOMPLIKASI
1) Kardiomiopati kongestif/dilated.
2) Payah jantung kongestif.
3) Efusi perikardial.
4) AV block total.
5) Trombi Kardiac (FKUI, 1999).

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Laboratorium : leukosit, LED, limfosit, LDH.
2) Elektrokardiografi.
3) Rontgen thorax.
4) Ekokardiografi.
5) Biopsi endomiokardial (FKUI, 1999).

G. PENATALAKSANAAN
1) Perawatan untuk tindakan observasi.
2) Tirah baring/pembatasan aktivitas.
3) Antibiotik atau kemoterapeutik.
4) Pengobatan sistemik supportif ditujukan pada penyakti infeksi sistemik (FKUI, 1999).
5) Antibiotik.
6) Obat kortison.
7) Jika berkembang menjadi gagal jantung kongestif : diuretik untuk mnegurangi retensi ciaran ; digitalis untuk merangsang detak jantung ; obat antibeku untuk mencegah pembentukan bekuan (Griffith, 1994).

MANAJEMEN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10).
Pengkajian pasien myocarditis (Marilynn E. Doenges, 1999) meliputi :
 Aktivitas / istirahat
Ó
Gejala : kelelahan, kelemahan.
Tanda : takikardia, penurunan tekanan darah, dispnea dengan aktivitas.
 Sirkulasi
Ó
Gejala : riwayat demam rematik, penyakit jantung congenital, bedah jantung, palpitasi, jatuh pingsan.
Tanda : takikardia, disritmia, perpindaha titik impuls maksimal, kardiomegali, frivtion rub, murmur, irama gallop (S3 dan S4), edema, DVJ, petekie, hemoragi splinter, nodus osler, lesi Janeway.
 Eleminasi
Ó
Gejala : riwayat penyakit ginjal/gagal ginjal ; penurunan frekuensi/jumlsh urine.
Tanda : urin pekat gelap.
 Nyeri/ketidaknyamanan
Ó
Gejala : nyeri pada dada anterior (sedang sampai berat/tajam) diperberat oleh inspirasi, batuk, gerakkan menelan, berbaring.
Tanda : perilaku distraksi, misalnya gelisah.
 Pernapasan
Ó
Gejala : napas pendek ; napas pendek kronis memburuk pada malam hari (miokarditis).
Tanda : dispnea, DNP (dispnea nocturnal paroxismal) ; batuk, inspirasi mengi ; takipnea, krekels, dan ronkhi ; pernapasan dangkal.
 Keamanan
Ó
Gejala : riwayat infeksi virus, bakteri, jamur (miokarditis ; trauma dada ; penyakit keganasan/iradiasi thorakal ; dalam penanganan gigi ; pemeriksaan endoskopik terhadap sitem GI/GU), penurunan system immune, SLE atau penyakit kolagen lainnya.
Tanda : demam.
 Penyuluhan / Pembelajaran
Ó
Gejala : terapi intravena jangka panjang atau pengguanaan kateter indwelling atau penyalahgunaan obat parenteral.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994 : 17).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999) adalah :
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi miokardium, efek-efek sistemik dari infeksi, iskemia jaringan.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan inflamasi dan degenerasi sel-sel otot miokard, penurunan curah jantung.
3. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan degenerasi otot jantung, penurunan/kontriksi fungsi ventrikel.
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan/daya ingat, mis- intepretasi informasi, keterbatasan kognitif, menyangkal diagnosa.

C. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994:20)
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995:40).
Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999).
1. Nyeri
Tujuan : nyeri hilang atau terkontrol.
Kriteria Hasil : - Nyeri berkurang atau hilang
- Klien tampak tenang.
Intervensi dan Implementasi :
˜ Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan awitan dan faktor pemberat atau penurun. Perhatikan petunjuk nonverbal dari ketidaknyamanan, misalnya ; berbaring dengan diam/gelisah, tegangan otot, menangis.
R : pada nyeri ini memburuk pada inspirasi dalam, gerakkan atau berbaring dan hilang dengan duduk tegak/membungkuk.
˜ Berikan lingkungan yang tenang dan tindakan kenyamanan misalnya ; perubahan posisi, gosokkan punggung, penggunaan kompres hangat/dingin, dukungan emosional.
R : tindakan ini dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional pasien.
 Berikan aktivitas hiburan yang tepat.
˜
R : mengarahkan kembali perhatian, memberikan distraksi dalam tingkat aktivitas individu.
 Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi (agen nonsteroid : aspirin, indocin ; antipiretik ; steroid).
˜
R : dapat menghilangkan nyeri, menurunkan respons inflamasi, menurunkan demam ; steroid diberikan untuk gejala yang lebih berat.
 kolaborasi pemberian oksigen suplemen sesuai indikasi.
˜
R : memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk menurunkan beban kerja jantung.

2. Intoleransi aktivitas
Tujuan : pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
Kriteria hasil : - perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
- pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.
- Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.

Intervensi dan Implementasi :
˜ Kaji respons pasien terhadap aktivitas. Perhatikan adanya perubahan dan keluhan kelemahan, keletiahan, dan dispnea berkenaan dengan aktivitas.
R : miokarditis menyebabkan inflamasi dan kemungkinan kerusakan fungsi sel-sel miokardial.
 Pantau frekuensi/irama jantung, TD, dan frekuensi pernapasan sebelum dan setelah aktivitas dan selama diperlukan.
˜
R : membantu menentukan derajat dekompensasi jantung dan pulmonal. Penurunan TD, takikardia, disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi jantung terhadap aktivitas.
 Pertahankan tirah baring selama periode demam dan sesuai indikasi.
˜
R : meningkatkan resolusi inflamasi selama fase akut.
 Rencanakan perawatan dengan periode istirahat/tidur tanpa gangguan.
˜
R : memberikan keseimbangan dalam kebutuhan dimana aktivitas bertumpu pada jantung.
˜ Bantu pasien dalam program latihan progresif bertahap sesegera mungkin untuk turun dari tempat tidur, mencatat respons tanda vital dan toleransi pasien pada peningkatan aktivitas.
R : saat inflamasi/kondisi dasar teratasi, pasien mungkin mampu melakukan aktivitas yang diinginkan, kecuali kerusakan miokard permanen/terjadi komplikasi.
 kolaborasi pemberian oksigen suplemen sesuai indikasi.
˜
R : memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk menurunkan beban kerja jantung.

3. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
Tujuan : mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung.
Kriteria Hasil : - melaporkan/menunjukkan penurunan periode dispnea, angina, dan disritmia.
- memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil.
Intervensi dan Implementasi :
 Pantau frekuensi/irama jantung, TD, dan frekuensi pernapasan sebelum dan setelah aktivitas dan selama diperlukan.
˜
R : membantu menentukan derajat dekompensasi jantung dan pulmonal. Penurunan TD, takikardia, disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi jantung terhadap aktivitas.
 Pertahankan tirah baring dalam posisi semi-Fowler.
˜
R : menurunkan beban kerja jantung, memaksimalkan curah jantung.
 Auskultasi bunyi jantung. Perhatikan jarak/muffled tonus jantung, murmur, gallop S3 dan S4.
˜
R : memberikan deteksi dini dari terjadinya komplikasi misalnya : GJK, tamponade jantung.
 Berikan tindakan kenyamanan misalnya ; perubahan posisi, gosokkan punggung, dan aktivitas hiburan dalam tolerransi jantung.
˜
R : meningkatkan relaksasi dan mengarahkan kembali perhatian.

4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar)
Tujuan : menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.
Kriteria hasil : - mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan.
- memperlihatan perubahan perilaku untuk mencegah komplikasi..
Intervensi dan Implementasi :
 Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.
˜
R : Perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit.
˜ Jelaskan efek inflamasi pada jantung, secara individual pada pasien. Ajarakkn untuk memperhatikan gejala sehubungan dengan komplikasi/berulangnya dan gejala yang dilaporkan dengan segera pada pemberi perawatan, contoh ; demam, peningkatan nyeri dada yang tak biasanya, peningkatan berat badan, peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
R : untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan sendiri, pasien perlu memahami penyebab khusus, pengobatan dan efek jangka panjang yang diharapkan dari kondisi inflamasi, sesuai dengan tanda/gejala yang menunjukan kekambuhan/komplikasi.

 Anjurkan
˜ pasien/orang terdekat tentang dosis, tujuan dan efek samping obat; kebutuhan diet ; pertimbangan khusus ; aktivitas yang diijinkan/dibatasi.
R : informasi perlu untuk meningkatkan perawatan diri, peningkatan keterlibatan pada program terapeutik, mencegah komplikasi.
 Kaji ulang perlunya antibiotic jangka panjang/terapy antimicrobial.
˜
R : perawatan di rumah sakit lama/pemberian antibiotic IV/antimicrobial perlu sampai kultur darah negative/hasil darah lain menunjukkan tak ada infeksi.

D. EVALUASI
Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999) adalah :
1. Nyeri hilang atau terkontrol
2. Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
3. Mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung.
4. Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.


DAFTAR PUSTAKA
Boedihartono, 1994, Proses Keperawatan di Rumah Sakit, Jakarta.
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Ed.31. EGC : Jakarta.
DEPKES. 1993. Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. EGC : Jakarta.
Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3. EGC : Jakarta.
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.
FKUI. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1. FKUI : Jakarta.
Griffith. 1994. Buku Pintar Kesehatan. Arcan : Jakarta.
Nasrul Effendi, 1995, Pengantar Proses Keperawatan, EGC, Jakarta

ASUHAN KEPERAWATAN DERMATITIS

Pengertian:
dermatitis adalah peradangan pada kulit.

Terbagi Atas :
DERMATITIS KONTAK
Sinonim :
Dermatitis venenata, dermatitis industri, dan lain-lain.
Penyebab :
a. Zat iritan misalnya asam atau alkali.
b. Alergen misalnya tumbuh-tumbuhan, kosmetik atau nikel.
Perjalanan Penyakit Dan Gejala Klinis : Terdapat 2 tipe dermatitis kontak yang disebabkan oleh zat yang berkontak dengan kulit yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik.
Dermaitis Kontak Iritan :
Kulit berkontak dengan zat iritan dalam waktu dan konsentrasi cukup, umumnya berbatas relatif tegas.
Paparan ulang akan menyebabkan proses menjadi kronik dan kulit menebal disebut skin hardering.
Gejala klinis dipengaruhi keadaan kulit pada waktu kontak antara lain, faktor kelembaban, paparan dengan air, panas dingin, tekanan atau gesekan. Kulit kering lebih kurang bereaksi.
Dermatitis Kontak Alergik :
Batas tak tegas. Proses yang mendasarinya ialah reaksi hipersensitivitas. Lokalisasi daerah terpapar, tapi tidak tertutup kemungkinan di daerah lain.


Diagnosis banding :
Dermatitis numularis, dermatitis seboroika, dermatitis atopik.
Pengobatan :
 Menghindari penyebab.§
 Simtomatik§
 Topikal :§
o Apabila basah : kompres PK 1/10.000
o Apabila kering : Kortikosteroid
 Pada keadaan berat – per oral :§
o Antihistamin
o Kortikosteroid


DERMATITIS ATOPIK
Sinonim :
Neurodermatitis disseminata; prurigo diathesique Besnier.
Penyebab :
a. Gangguan fungsi sel limfosit T dan peningkatan kadar Ig E
b. Blokade reseptor beta adrenergik pada kulit.
Perjalanan Penyakit Dan Gejala Klinis :
Bersifat kronis dengan eksaserbasi akut, dapat terjadi infeksi sekunder. Riwayat stigmata atopik pada penderita atau keluarganya. Gejala klinis edema, vesikel sampai bula, dapat pula disertai ekskoriasi. Keadaan kronik terdapat penebalan kulit, likenifikasi dan hyperpigmentasi. Gatal dari ringan sampai berat, disertai rasa terbakar. Keadaan akut disertai rasa tidak enak badan
Lokalisasi sesuai umur penderita dibagi:
 Tipe§ infantil : muka, terutama kedua pipi (disebut milk eczema), kepala, ekstremitas, badan dan bokong. Biasanya usia 2 bulan – 2 tahun.
 Tipe anak-anak : muka, tengkuk, lipat siku dan pergelangan tangan. Lesi bersifat sub-akut.§
 Tipe dewasa : fosa poplitea, lipat siku dan tengkuk, dahi, daerah yang terpapar matahari. Lesi bersifat kronis.§
Diagnosis Banding :
Dermatitis seboroika, dermatitis herpetiformis dan keratosis folikularis (penyakit Darier)

Pengobatan :
 Keadaan ringan diberikan pengobatan topikal.§
 Sistemik : Antihistamin. Keadaan sangat eksudativ, diberikan kortikosteroid jangka pendek.§
§  salepàTopikal : Keadaan akut dan basah diberi kompres. Kronik  kortikosteroid. Keadaan infeksi dikombinasi dengan antibiotika. Bila diduga mengalami infeksi dengan kandidosis dapat diberikan campuran kortikosteroid dan anti kandida.
Tanda Diagnostik :
o Lokalisasi – daerah lipatan flexor ekstremitas.
o Terdapat stigmata atopik
o Gatal


DERMATITIS NUMULARIS
Sinonim :
Dermatitis Diskoid, Neurodermatitis Numularis.
Penyebab :
Tidak pasti. Diduga stress emosi, alkohol dapat memperburuk keadaan.
Perjalanan Penyakit Dan Gejala Klinis :
Kelainan terdiri dari eritema, edema, papel, vesikel, bentuk numuler, dengan diameter bervariasi 5 – 40 mm. Bersifat membasah (oozing), batas relatif jelas, bila kering membentuk krusta. Gejala biasanya hebat dan hilang timbul, bila digaruk dapat terjadi fenomena Koebner.
Lokalisasi di ekstremitas atas dan bawah bagian ekstensor, tetapi dapat berlokasi diseluruh bagian tubuh.
Diagnosis Banding :
Dermatitis atopik, neurodermatitis.
Pengobatan :
Topikal tidak mencukupi, perlu pengobatan sistemik berupa anti histamin.
 Lesi basah kompres larutan Permanganas Kalikus 1 : 10.000§
 Lesi kering : salep kortikosteroid.§
Bila ada infeksi sekunder ditambahkan antibiotika sistemik.
Tanda Diagnostik :
 Bentuk lesi numuler§
 Sifat lesi membasah§
 Gatal§


NEURODERMITIS SIRKUMSKRIPTA
Sinonim :
Liken Simpleks Kronis
Penyebab :
Tidak pasti.
Perjalanan Penyakit Dan Gejala Klinis :
Penderita umumnya orang dewasa atau orang tua. Mungkin suatu tempat gatal kemudian digaruk berulang-ulang, maka akan timbul papel, likenifikasi dan kulit menjadi tebal yang menimbulkan hyperpigmentasi. Lesi berupa papel besar, gatal disebut prurigo nodularis.
Tempat di tengkuk, di punggung kaki, punggung tangan, lengan bawah dekat siku, tungkai bawah bagian lateral, perianal, scrotum dan vulva atau di scalp. Prurigo nodularis sering ditemukan di lengan dan tungkai. Kelainan menipis bila tidak digaruk.
Pengobatan :
Diberitahukan kepada penderita : kelainan kulit menipis dan kemudian menghilang bila tidak digaruk.
õ Sistemik : Sedativa atau Antihistaminika untuk mengurangi rasa gatal.
õ Topikal : Salep Kortikosteroid.
Bila kurang berhasil dibantu dengan cara oklusi (ditutup dengan bahan impermeabel misalnya bungkus plastik). Kalau belum berhasil juga disuntik dengan kortikosteroid intra lesi, misalnya triamsinolon.

Prognosis :
Baik, tetapi sering pula residif.

DERMATITIS STATIS
Sinonim :
Dermatitis Hemostatika.
Penyebab :
Gangguan aliran darah pembuluh vena di tungkai. Berupa bendungan di luar pembuluh darah; misalnya tumor di abdomen sumbatan thrombus di tungkai bawah, atau kerusakan katup vena setelah thrombophlebitis.
Insidens :
Orang dewasa dan orang tua.
Perjalanan Penyakit Dan Gejala Klinis :
Akibat bendungan, tekanan vena makin meningkat sehingga memanjang dan melebar. Terlihat berkelok-kelok seperti cacing (varises). Cairan intravaskuler masuk ke jaringan dan terjadilah edema. Timbul keluhan rasa berat bila lama berdiri dan rasa kesemutan atau seperti ditusuk-tusuk. Terjadi ekstravasasi eritrosit dan timbul purpura. Bercak-bercak semula tampak merah berubah menjadi hemosiderin. Akibat garukan menimbulkan erosi, skuama. Bila berlangsung lama, edema diganti jaringan ikat sehingga kulit teraba kaku, warna kulit lebih hitam.
Komplikasi :
Timbul ulkus, disebut ulkus varikosum atau ulkus venosum.
Diagnosis :
Lokalisasi ditungkai bawah, dimulai di atas maleous internus sampai di bawah lutut. Kelainan berupa hyperpigmentasi, skuama, erosi, papel, kadang-kadang eksudasi. Batas tidak jelas. Udema terutama di pergelangan kaki.
Diagnosis Banding :
Dermatitis kontak.
Pengobatan :
õ Dermatitis akut dikompres dengan larutan Permanganas Kalikus 1/10.000, atau larutan perak nitrat 0,25 % - 0,5 %.
õ Obat topikal : Ichtyol 2 % dalam salep zink-oksid.
õ Bila eksudatif , diberi kortikosteroid dalam jangka pendek (7-10 hari).
õ Bila ada infeksi sekunder diberi antibiotika.
Prognosis :
Residif..

DERMATITIS SEBOROIKA
Sinonim :
Seborrheic Eczema, Dermatitis Seborrhoides, Seborrhoide.
Penyebab :
Tidak diketahui.
Faktor yang mempengaruhi / memperburuk :
 Jenis makanan berlemak
 Banyaknya keringat
 Stress emosi
Insidens :
Daerah dingin insidennya lebih tinggi. Umumnya bayi dan anak umur 6 – 10 tahun, serta orang dewasa umur 18 – 40 tahun.
Perjalanan Penyakit Dan Gejala Klinis :
Merupakan penyakit kronik, residif, dan gatal. Kelainan berupa skuama kering, basah atau kasar; krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi.
Tempat kulit kepala, alis, daerah nasolabial belakang telinga, lipatan mammae, presternal, ketiak, umbilikus, lipat bokong, lipat paha dan skrotum.
Pada kulit kepala terdapat skuama kering dikenal sebagai dandruff dan bila basah disebut pytiriasis steatoides ; disertai kerontokan rambut.

Lesi dapat menjalar ke dahi, belakang telinga, tengkuk, serta oozing (membasah), dan menjadi keadaan eksfoliatif generalisata. Pada bayi dapat terjadi eritroderma deskuamativa atau disebut penyakit Leiner.
Diagnosis Banding :
Psoriasis, Pitiriasis Rosea, Dermatofitosis.
Pengobatan :
 Umum : diet rendah lemak.§
 Sistemik : antihistamin, pada kasus berat, kortikosteroid.§
 Lokal : preparat sulfur, tar, kortikosteroid. Shampo dapat dipakai selenium sulfida.§
Prognosis :
Kronik residif.










ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN DERMATITIS

I. PENGKAJIAN.
a. Identitas Pasien.
b. Keluhan Utama.
Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok.
c. Riwayat Kesehatan.
1. Riwayat Penyakit Sekarang :
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
2. Riwayat Penyakit Dahulu :
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
3. Riwayat Penyakit Keluarga :
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
4. Riwayat Psikososial :
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengalami stress yang berkepanjangan.
5. Riwayat Pemakaian Obat :
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.

II. PEMERIKSAAN FISIK.
a. Subjektif :
Gatal
b. Objektif :
 Skuama kering, basah atau kasar.§
 Krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi.§
( Yang sering ditemui pada kulit kepala, alis, daerah nasolabial belakang telinga, lipatan mammae, presternal, ketiak, umbilikus, lipat bokong, lipat paha dan skrotum ).
 Kerontokan rambut.§

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI.
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Inflamasi dermatitis, ditandai dengan :
 Adanya skuama kering, basah atau kasar.§
 Adanya krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi.§
Intervensi :
 Kaji / catat ukuran dari krusta, bentuk dan warnanya, perhatikan apakah skuama kering, basah atau kasar.J
 Anjurkan klien untuk tidak menggaruk daerah yang terasa gatal.J
 Kolaborasi dalam pemberian pengobatan :J
 Sistemik : Antihistamin, Kortikosteroid.
 Lokal : Preparat Sulfur, Tar, Kortikosteroid, Shampo (Selenium Sulfida)

2. Ansietas berhubungan dengan ancaman integritas biologis aktual atau yang dirasa sekunder akibat penyakit, ditandai dengan :
(Kemungkinan yang terjadi)
 Insomnia§
 Keletihan dan kelemahan§
 Gelisah§
 Anoreksia§
 Ketakutan§
 Kurang percaya diri§
 Merasa dikucilkan§
 Menangis.§
Intervensi :
 Kaji tingkat ansietas: ringan, sedang, berat, panik.J
 Berikan kenyamanan dan ketentraman hati :J
 Tinggal bersama pasien.§
 Tekankan bahwa semua orang merasakan cemas dari waktu ke waktu.§
 Bicara dengan perlahan dan tenang, gunakan kalimat pendek dan sederhana.§
 Perlihatkan rasa empati.§
J Singkirkan stimulasi yang berlebihan (ruangan lebih tenang), batasi kontak dengan orang lain – klien atau keluaraga yang juga mengalami cemas.
 Anjurkan intervensi yang menurunkan ansietas (misal : teknik relaksasi, imajinasi terbimbing, terapi aroma).J
 Identifikasi mekanisme koping yang pernah digunakan untuk mengatasi stress yang lalu.J

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder akibat penyakit, ditandai dengan :
 Klien mungkin merasa malu.§
 Tidak melihat / menyentuh bagian tubuh yang terganggu.§
 Menyembunyikan bagian tubuh secara berlebihan.§
 Perubahan dalam keterlibatan sosial.§
Intervensi :
 Dorong klien untuk mengekspresikan perasaannya.J
 Dorong klien untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan dan prognosa penyakit.J
 Berikan informasi yang dapat dipercaya dan perkuat informasi yang telah diberikan.J
 Perjelas berbagai kesalahan konsep individu / klien terhadap penyakit, perawatan dan pengobatan.J
 Dorong kunjungan / kontak keluarga, teman sebaya dan orang terdekat.J

4. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya sumber informasi, ditandai dengan :
 Pasien sering bertanya / minta informasi, pernyataan salah konsep.§
Intervensi :
 Jelaskan konsep dasar penyakitnya secara umum.J
 Jelaskan / ajarkan nama obat-obatan, dosis, waktu dan metode pemberian, tujuan, efek samping dan toksik.J
 Anjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang rendah lemak.J
 Tekankan pentingnya personal hygiene.J


DAFTAR PUSTAKA


1. Sularsito, Dr. Sri Adi, Et all. 1986. Dermatologi Praktis. Edisi I. Penerbit: Perkumpulan Ahli Dermato-Venereologi Indonesia, Jakarta.

2. Doenges, Marilynn E, et all. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Penerbit: EGC, Jakarta.

3. Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Penerbit: EGC, Jakarta.













Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang umumnya muncul pada klien penderita kelainan kulit seperti dermatitis kontak adalah sebagai berikut :
1.Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada kulit
2.Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar alergen
3.Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus
4.Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus
5.Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.
6.Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan inadekuat informasi

C.Intervensi Keperawatan
Diagnosa :
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada kulit
Tujuan :
Kulit klien dapat kembali normal.
Kriteria hasil :
Klien akan mempertahankan kulit agar mempunyai hidrasi yang baik dan turunnya peradangan, ditandai dengan mengungkapkan peningkatan kenyamanan kulit, berkurangnya derajat pengelupasan kulit, berkurangnya kemerahan, berkurangnya lecet karena garukan, penyembuhan area kulit yang telah rusak
Intervensi:
Mandi paling tidak sekali sehari selama 15 – 20 menit. Segera oleskan salep atau krim yang telah diresepkan setelah mandi. Mandi lebih sering jika tanda dan gejala meningkat.
Rasional : dengan mandi air akan meresap dalam saturasi kulit. Pengolesan krim pelembab selama 2 – 4 menit setelah mandi untuk mencegah penguapan air dari kulit.
Gunakan air hangat jangan panas.
Rasional : air panas menyebabkan vasodilatasi yang akan meningkatkan pruritus.
Gunakan sabun yang mengandung pelembab atau sabun untuk kulit sensitive. Hindari mandi busa.
Rasional : sabun yang mengandung pelembab lebih sedikit kandungan alkalin dan tidak membuat kulit kering, sabun kering dapat meningkatkan keluhan.
Oleskan/berikan salep atau krim yang telah diresepkan 2 atau tiga kali per hari.
Rasional : salep atau krim akan melembabkan kulit.

Diagnosa :
Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar alergen
Tujuan :
Tidak terjadi kerusakan pada kulit klien
Kriteria hasil :
Klien akan mempertahankan integritas kulit, ditandai dengan menghindari alergen
Intervensi
Ajari klien menghindari atau menurunkan paparan terhadap alergen yang telah diketahui.
Rasional : menghindari alergen akan menurunkan respon alergi
Baca label makanan kaleng agar terhindar dari bahan makan yang mengandung alergen
Hindari binatang peliharaan.
Rasional : jika alergi terhadap bulu binatang sebaiknya hindari memelihara binatang atau batasi keberadaan binatang di sekitar area rumah
Gunakan penyejuk ruangan (AC) di rumah atau di tempat kerja, bila memungkinkan.
Rasional : AC membantu menurunkan paparan terhadap beberapa alergen yang ada di lingkungan.

Diagnosa :
Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus
Tujuan :
Rasa nyaman klien terpenuhi
Kriteria hasil :
Klien menunjukkan berkurangnya pruritus, ditandai dengan berkurangnya lecet akibat garukan, klien tidur nyenyak tanpa terganggu rasa gatal, klien mengungkapkan adanya peningkatan rasa nyaman
Intervensi
Jelaskan gejala gatal berhubungan dengan penyebabnya (misal keringnya kulit) dan prinsip terapinya (misal hidrasi) dan siklus gatal-garuk-gatal-garuk.
Rasional : dengan mengetahui proses fisiologis dan psikologis dan prinsip gatal serta penangannya akan meningkatkan rasa kooperatif.
Cuci semua pakaian sebelum digunakan untuk menghilangkan formaldehid dan bahan kimia lain serta hindari menggunakan pelembut pakaian buatan pabrik.
Rasional : pruritus sering disebabkan oleh dampak iritan atau allergen dari bahan kimia atau komponen pelembut pakaian.
Gunakan deterjen ringan dan bilas pakaian untuk memastikan sudah tidak ada sabun yang tertinggal.
Rasional : bahan yang tertinggal (deterjen) pada pencucian pakaian dapat menyebabkan iritas

Diagnosa :
Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus.
Tujuan :
Klien bisa beristirahat tanpa adanya pruritus.
Kriteria Hasil :
1.Mencapai tidur yang nyenyak.
2.Melaporkan gatal mereda.
3.Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat.
4.Menghindari konsumsi kafein.
5.Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur.
6.Mengenali pola istirahat/tidur yang memuaskan.
Intervensi :
Nasihati klien untuk menjaga kamar tidur agar tetap memiliki ventilasi dan kelembaban yang baik.
Rasional: Udara yang kering membuat kulit terasa gatal, lingkungan yang nyaman meningkatkan relaksasi.
Menjaga agar kulit selalu lembab.
Rasional: Tindakan ini mencegah kehilangan air, kulit yang kering dan gatal biasanya tidak dapat disembuhkan tetapi bisa dikendalikan.
Menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur.
Rasional: kafein memiliki efek puncak 2-4 jam setelah dikonsumsi.
Melaksanakan gerak badan secara teratur.
Rasional:   memberikan efek menguntungkan bila dilaksanakan di sore hari.
Mengerjakan hal ritual menjelang tidur.
Rasional: Memudahkan peralihan dari keadaan terjaga ke keadaan tertidur.

Diagnosa :
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.
Tujuan :
Pengembangan peningkatan penerimaan diri pada klien tercapai
Kriteria Hasil :
1.Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri.
2.Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri.
3.Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi.
4.Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri.
5.Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat.
6.Tampak tidak meprihatinkan kondisi.
7.Menggunakan teknik penyembunyian kekurangan dan menekankan teknik untuk meningkatkan penampilan
Intervensi :
1.Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak mata,ucapan merendahkan diri sendiri).
Rasional: Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit/keadaan yang tampak nyata bagi klien, kesan orang terhadap dirinya berpengaruh terhadap konsep diri.
2.Identifikasi stadium psikososial terhadap perkembangan.
Rasional: Terdapat hubungan antara stadium perkembangan, citra diri dan reaksi serta pemahaman klien terhadap kondisi kulitnya.
3.Berikan kesempatan pengungkapan perasaan.
Rasional:   klien membutuhkan pengalaman didengarkan dan dipahami.
4.Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien, bantu klien yang cemas mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali masalahnya.
Rasional: Memberikan kesempatan pada petugas untuk menetralkan kecemasan yang tidak perlu  terjadi dan memulihkan realitas situasi, ketakutan merusak adaptasi klien .
5.Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri , spt merias, merapikan.
Rasional: membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.
6.Mendorong sosialisasi dengan orang lain.
Rasional: membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.

Diagnosa :
Kurang pengetahuan tentang program terapi
Tujuan :
Terapi dapat dipahami dan dijalankan
Kriteria Hasil :
1.Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.
2.Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi.
3.Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program.
4.Menggunakan obat topikal dengan tepat.
5.Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.
Intervensi :
1.Kaji apakah klien memahami dan mengerti tentang penyakitnya.
Rasional: memberikan data dasar untuk mengembangkan rencana penyuluhan
2.Jaga agar klien mendapatkan informasi yang benar, memperbaiki kesalahan konsepsi/informasi.
Rasional: Klien harus memiliki perasaan bahwa sesuatu dapat mereka perbuat, kebanyakan klien merasakan manfaat.
3.Peragakan penerapan terapi seperti, mandi dan penggunaan obat-obatan lainnya.
Rasional: memungkinkan klien memperoleh cara yang tepat untuk melakukan terapi.
4.Nasihati klien agar selalu menjaga hygiene pribadi juga lingkungan..
Rasional: Dengan terjaganya hygiene, dermatitis alergi sukar untuk kambuh kembali

D.Evaluasi
Evaluasi yang akan dilakukan yaitu mencakup tentang :
1.Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.
2.Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi.
3.Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program.
4.Menggunakan obat topikal dengan tepat.
5.Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.


DAFTAR PUSTAKA
Carpenito,J,L. (1999). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi2 (terjemahan). PT EGC. Jakarta.
Corwin, Elizabeth J. Buku saku patofisiologi/Handbook of Pathophysiology.
Alih Bahasa: Brahm U. Pendit. Cetakan 1. Jakarta: EGC. 1997.
Djuanda S, Sularsito. (1999). SA. Dermatitis In: Djuanda A, ed Ilmu penyakit
kulit dan kelamin. Edisi III. Jakarta: FK UI: 126-31.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.
volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Nettina, Sandra M. Pedoman praktek keperawatan/Lippincott’s Pocket Manual of
Nursing Practice. Alih Bahasa: Setiawan, sari Kurnianingsih, Monica
Ester. Cetakan 1.Jakarta: EGC. 200
Polaski, Arlene L. Luckmann’s core principles and practice of medical-surgical.
Ed.1. Pennsylvania: W.B Saunders Company. 1996
Smeltzer, Suzanne C. Buku ajar medikal bedah Brunner Suddarth/Brunner
Suddarth’s Texbook of Medical-surgical. Alih Bahasa:Agung
Waluyo…..(et.al.). ed 8 Vol 3 Jakarta: EGC 2002