BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hari Kesehatan sedunia tanggal 7
April 2005 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyampaikan laporan tahunan mereka
berjudul The World Health Report 2005, Make every Mother and Child count, yang
berfokus pada kesehatan ibu dan anak, yaitu upaya menyelamatkan ibu dari
kematian karena kehamilan, saat dan setelah melahirkan, menyelamatkan bayi yang
baru lahir serta menyelamatkan anak balita dari kematian (Uli, Mailto, 2005).
Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dikatakan bahwa
tujuan pembangunan nasional yakni tercapainya kemampuan hidup sehat bagi
penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal,
sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan pembangunan nasional.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka diselenggarakan upaya kesehatan yang
bersifat menyeluruh, terpadu, murah, dapat diterima serta terjangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat, dengan peran serta aktif dari masyarakat.(Kesmas,
2007).
Salah satu upaya pemerintah di bidang kesehatan yang
sedang digalakkan untuk menjembatani antara upaya-upaya pelayanan kesehatan
professional dan non professional yang dikembangkan oleh masyarakat dan
keluarga yakni melalui pos pelayanan terpadu yang dikenal dengan sebutan
posyandu.(Kesmas, 2007).
|
Oleh karena itu telah diterbitkan Surat edaran Menteri
Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor :411.3/1116/SJ tanggal 13 Juni 2000, yang
merupakan pedoman Bupati/Walikota di Indonesia tentang revitalisasi posyandu.
Di mana diharapkan akan mengembalikan kerja posyandu dan keaktifan-keaktifan
kader di dalamnya (Depkes RI, 2005)
Mengingat begitu strategisnya keberadaan kader maka
untuk lebih optimalnya dalam memberikan pelayanan, pemerintah memprogramkan
pemberian pelatihan kader (Bapenas, 2008).
Namun kenyataaan di lapangan menunjukkan masih ada
posyandu yang mengalami keterbatasan kader, yaitu tidak semua kader aktif dalam
setiap kegiatan posyandu sehinggga pelayanan tidak berjalan lancar.
Keterbatasan kader disebabkan adanya kader drop out karena lebih tertarik
bekerja di tempat lain yang memberikan keuntungan ekonomis, kader pindah karena
ikut suami, dan juga setelah bersuami tidak mau lagi menjadi kader, kader sebagai
relawan merasa jenuh dan tidak adanya penghargaan kepada kader yang dapat
memotivasi mereka untuk bekerja dan faktor-faktor lainnya seperti kurangnya
pelatihan serta adanya keterbatasan pengetahuan dan pendidikan yang seharusnya
dimiliki oleh seorang kader, karena berdasarkan penelitian sebelumnya kader
yang direkrut oleh staf puskesmas kebanyakan hanya berpendidikan sampai tingkat
SLTA dengan pengetahuan yang sangat minim dan umumnya tidak bekerja.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Selatan diperoleh jumlah kader posyandu 4079 yang tersebar di 906 posyandu,
namun yang aktif hanya 3526 orang (86,44%).(Dinkes Sul-Sel, 2006).
Di Kabupaten Takalar Propinsi Sulawesi Selatan yang
memiliki berbagai program kesehatan tercatat memiliki 300 posyandu (Depkes RI,
2007), Sedangkan di wilayah kerja Puskesmas Towata Kecamatan Polombangkeng
Utara Kabupaten Takalar yang terdiri dari 6 desa, terdapat 27 posyandu. Pada
tahun 2008 rata-rata kader yang aktif sebesar 70 orang (76,08%) yang tidak
aktif 22 orang (23,91%) dengan jumlah kader sebanyak 92 orang. Sedangkan tahun
2009 jumlah kader menurun menjadi 91 orang dengan rata-rata keaktifan sebesar
70 orang (76,92%), yang tidak aktif 21 orang (21,90%) dan untuk tahun 2010
jumlah kader meningkat menjadi 100 orang dengan rata-rata keaktifan sebesar 71
orang (79,20%), yang tidak aktif sebesar 21 orang (20,58%).dan pada tahun 2011
jumlah kader sebanyak……orang dengan rata – rata keaktifan sebesar 42 orang dan
yang tidak aktif sebesar……. Orang.(Profil Puskesmas towata, 2010).
Dari data tersebut menunjukkan bahwa masih ada kader
yang tidak aktif dalam setiap kegiatan posyandu yang dapat menimbulkan
ketidakefektifan pelayanan Posyandu.
Berdasarkan kenyataan di atas, maka peneliti tertarik
untuk mengetahui "faktor-faktor yang berhubungan dengan keaktifan kader
dalam kegiatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Bontonompo Selatan Kab. Gowa".
1.2
Rumusan Masalah
Aktivitas
kader dalam kegiatan posyandu berhubungan dengan berbagai faktor. Untuk
mengungkapkannya maka penulis merumuskan petanyaan ”Apakah pendidikan,
pengetahuan, dan motivasi yang dimiliki oleh kader posyandu berhubungan
dengan keaktifannya dalam kegiatan
posyandu
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Memperoleh gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan keaktivitas kader
dalam kegiatan posyandu dipuskesmas Bontompo Selatan Kab. Gowa.
1.3.2
Tujuan khusus
1
.Untuk
mengetahui hubungan antara pendidikan dengan keaktifan kader diposyandu dipuskesmas Bontompo
Selatan Kab. Gowa.
2.
Untuk
mengetahui hubungan antara pengetahuan
dengan ke aktifan kader diposyandu
dipuskesmas Bontompo Selatan Kab. Gowa
3.
Untuk
mengetahui hubungan antara motivasi kader diposyandu dipuskesmas Bontompo Selatan Kab. Gowa.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi
bagi Dinas Kesehatan Kota Makassar dalam rangka penentuan kebijakan dalam
pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat, khususnya dalam hal upaya
peningkatan peran-serta masyarakat guna meningkatkan aktivitas kader posyandu
di Kota Makassar.
1.4.2 Diharapkan pula penelitian ini dapat
menambah referensi pengetahuan tentang kader dalam kegiatan posyandu terutama
peneliti yang berminat mengenai aktivitas kader posyandu.
1.4.3 Manfaat bagi peneliti adalah menambah
wawasan dan pengetahuan mengenai kader dan kegiatan posyandu.
BAB
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Tentang Posyandu
2.1.1
Defenisi
Pelayanan
kesehatan terpadu (yandu) adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan
dan keluarga berencana yang dilaksanakan ditingkat dusun dalam wilayah kerja
masing-masing puskesmas. Tempat
pelayanan program terpadu ini disebut dengan POSYANDU. Tujuan jangka panjang program yandu adalah
untuk dapat menurunkan angka kematian bayi atau Infant Mortility Rate (IMR),
dan angka kelahiran atau Birth Rate (BR).
Turunnya IMR dan BR merupakan standar keberhasilan pelaksanaan program
terpadu ditingkat propinsi dan nasional yang dipantau setiap lima tahun melalui
survei kesehatan rumah tangga Depkes.
Untuk lebih mempercepat tercapainya penurunan IMR dan BR, diperlukan
tumbuhnya peran serta maasyarakat dalam mengelolah dan memanfaatkan posyandu
(Sulkan Y. 2000).
Posyandu (pos
pelayanan terpadu) adalah salah satu wadah dari partisipasi masyarakat untuk
kegiatan terpadu KB-Kesehatan ditingkat desa yang telah dilaksanakan sejak
tahun 1984.(Naim,2008).
Pengertian
posyandu bila dilihat dari segi kualitatif dapat dibagi menjadi 2 yaitu
posyandu secara sederhana dan posyandu secara paripurna. Secara sederhana, posyandu adalah posyandu
dengan jenis pelayanan yang terbatas dan tertentu yang dilaksanakan oleh
masyarakat sendiri atau bekerja sama dengan petugas puskesmas. Tenaga pelaksana dari masyarakat adalah kader
sedangkan dari petugas puskesmas adalah juru imunisasi, perawat atau PLKB (Gemari,2005).
Sedangkan secara
paripurna posyandu adalah pelayanan yang lengkap termasuk pelayanan profesional
yang lengkap (KIA, KB, Gizi, Imunisasi, Pencegahan Diare), sebagai tenaga
pelaksana dari masyarakat yaitu kader dan petugas puskesmas dan petugas BKKBN
(Gemari,2005)
Naim Umar (2008),
Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan
masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk
mengembangkan sumber daya manusia sejak dini.
2.1.2
Adapun tujuan didirikannya posyandu yaitu :
1. Mempercepat angka kematian bayi, anak
balita dan angka kelahiran
2. Mempercepat pelayanan kesehatan ibu untuk
menurunkan IMR
3. Mempercepat penerimaan norma keluarga
kecil sehat dan sejahtera
4. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan lainnya yang menunjang kemampuan
hidup sehat
5. Pendekatan dan pemerataan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat dalam usaha meningkatkan cakupan penduduk dan
geografi
6. Peningkatan dan pembinaan peran serta
masyarakat dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha kesehatan
masyarakat.
2.1.3
Sasaran posyandu adalah :
1.
Bayi
berusia kurang dari 1 (satu) tahun
2.
Anak
balita 1-5 tahun
3.
Ibu
hamil, menyusui dan nifas
4.
Pasangan
usia subur
2.1.4
Alasan didirikannya posyandu :
1.
Posyandu
dapat memberikan pelayanan kesehatan khususnya dalam upaya pencegahan penyakit
dan pertolongan pertama pada kecelakaan sekaligus dengan pelayanan KB
2.
Posyandu
dari masyarakat untuk masyarakat oleh masyarakat terhadap upaya dalam bidang
kesehatan dan KB
2.1.5
Penyelenggaraan kegiatan posyandu yaitu :
1.
Pelaksana
kegiatan, adalah anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi kader kesehatan
setempat dibawa bimbingan puskesmas
2.
Pengelola
posyandu, adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal dari kader
PKK, tokoh masyarakat formal dan informal serta kader kesehatan yang ada di
wilayah tersebut
3.
Dapat
merupakan lokasi sendiri
4.
Bila
tidak memungkinkan dapat dilaksanakan di rumah penduduk, balai rakyat, pos
RT/RW atau pos lainnya.
2.1.6
Pelayanan kesehatan yang dijalankan oleh posyandu
sebagai berikut :
1. Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita
seperti :
a. Penimbangan bulanan
b. Pemberian tambahan makanan bagi yang berat
badannya kurang
c. Imunisasi bayi 3-14 bulan
d. Pemberian oralit untuk menanggulangi diare
e. Pengobatan penyakit sebagai pertolongan
pertama
2. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu
menyusui dan pasangan usia subur
a. Pemeriksaan kesehatan umum
b. Pemeriksaan kehamilan dan nifas
c. Pelayanan peningkatan gizi
d. Imunisasi TT untuk ibu hamil
e. Penyuluhan kesehatan dan KB
2.1.7
Pelaksanaan kegiatan posyandu yaitu :
Pada
pelaksanaan pos pelayanan terpadu melibatkan petugas puskesmas, petugas BKKBN
sebagai penyelenggara pelayanan profesional dan peran serta masyarakat secara
aktif dan positif sebagai penyelenggara pelayanan nonprofesional secara terpadu
dalam rangka alih teknologi dan swakelola masyarakat.
1.
Dari segi petugas puskesmas:
a. Pendekatan yang dipakai adalah
pengembangan dan pembinaan PKMD
b. Perencanaan terpadu tingkat puskesmas dan
lokakarya mini
c. Pelaksanaan melalui sistem 5 meja dan alih
teknologi
2.
Dari segi masyarakat:
a. Kegiatan swadaya masyarakat yang diharapkan
adanya kader kesehatan
b. Perencanaan melalui musyawarah masyarakat
desa
c. Pelaksanaan melalui sistem 5 meja
Dukungan
lintas sektoral sangat diharapkan mulai dari tahap persiapan/perencanaan,
pelaksanaan bahkan penilaian dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat baik dari segi motivasi maupun teknis dari masing-masing sek
2.1.8
Prinsip dasar pos pelayanan terpadu adalah :
1. Pos pelayanan terpadu merupakan usaha
masyarakat dimana terdapat perpaduan antara pelayanan profesional dan non
profesional
2. Adanya kerjasama lintas program yang baik
(KIA, KB, Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan Diare) maupun lintas sektoral
(Depkes RI, Depdagri dan BKKBN)
3. Kelembagaan masyarakat (pos desa, kelompok
timbang/pos timbang, pos imunisasi, pos kesehatan)
4. Mempunyai sasaran penduduk yang sama (bayi
0-1 tahun, anak balita 1-4 tahun, ibu hamil dan PUS)
5. Pendekatan yang digunakan adalah
pengembangan PKMD atau PHC (Nasrul Effendy, 2009)
Satu
posyandu sebaiknya melayani sekitar 100 balita (120 kepala keluarga) atau
sesuai dengan kemampuan petugas dan keadaan setempat, seperti keadaan
geografis, jarak antara sekelompok rumah, jumlah kepala keluarga dalam satu
kelompok dan sebagainya. Dalam posyandu terdapat sistem kegiatan pelayanan
terpadu yang dilakukan dengan ”pola 5 meja” sebagaimana diuraikan dibawah ini :
a. Meja I : Dilakukan pendaftaran balita dan ibu hamil
b. Meja II : Dilakukan
penimbangan balita dan pencatatan berat badan
anak pada kertas kecil
c. Meja III : Pencatatan hasil penimbangan pada KMS
d. Meja IV : Pemberian
penyuluhan kepada ibu balita berdasarkan hasil
penimbangan pada KMS
Kader juga melakukan:
1)
Penyuluhan
ibu hamil/ibu menyusui
2)
Penyuluhan
ibu pasangan usia subur
3)
Penyuluhan
lain tentang pemberantasan penyakit diare, kekurangan vitamin A, kurang darah,
imunisasi dan KB
4)
Membagikan
obat-obatan seperti oralit, kapsul vitamin A dan tablet penambah darah
5)
Membagikan
pil ulangan dan kondom pada peserta KB khususnya PUS
e. Meja V : Merupakan
meja pelayanan yang ditangani oleh petugas kesehatan. Pelayanan yang dapat diperolehdimeja V adalah
imunisasi, KB, pemeriksaan ibu hamil dan anak serta pengobatan.
Ruang
lingkup pelaksanaan program terpadu KB-Kesehatan meliputi wilayah
desa/kelurahan dengan pengembangan pada dusun, dukun, RT, RK, lingkungan
apabila hal ini memungkinkan. Jadi
dengan demikian di suatu desa/kelurahan, apabila desa tersebut mampu dan
memenuhi syarat, ada kemungkinan satu desa dibentuk posyandu atau lebih sesuai
dengan tuntutan masyarakat.
2.1.9
Lingkup kegiatan posyandu meliputi 5 kegiatan
program :
1. Keluarga Berencana
a. Komunikasi, informasi dan edukasi tentang
KB
b. Motivasi keluarga berencana
c. Pelayanan kontrasepsi bagi calon peserta
KB
d. Pelayanan ulang peserta KB
e. Pembinaan dan pengayoman peserta KB
termasuk upaya pengalihan kejenis kontrasepsi yang lebih mantap
f. Pendataan dan pemetaan
g. Pencatatan dan pelaporan
2. Kesejahteraan ibu dan anak
a. Pembahasan tentang KIA
b. Pemeriksaan ibu hamil dalam rangka
penjaringan ibu hamil dengan resiko tinggi dengan menggunakan kartu monitoring
ibu hamil
a) Identifikasi ibu hamil dengan resiko
tinggi
b) Pemeriksaan bayi dan anak balita
c) Pemeriksaan ibu masa nifas dan menyusui
d) Pencatatan dan pelaporan
e) Rujukan kasus-kasus sulit kepuskesmas
3. Perbaikan gizi
a. Penyuluhan tentang gizi
b. Monitoring pertumbuhan balita dengan KMS
dalam rangka penjaringan balita dengan gizi kurang/buruk
c. Pemberian makanan tambahan dan mendidik
menu seimbang
d. Pemberian vitamin A dosis tinggi
e. Pemberian tablet Fe (besi) bagi ibu hamil
f. Penanggulangan balita dengan gizi
kurang/buruk dan ibu hamil dengan gizi kurang/buruk
g. Pencatatan dan pelaporan
4. Imunisasi
a. Penyuluhan tentang imunisasi dan efek
sampingnya
b. Melaksanakan imunisasi BCG, DPT, Polio dan
Campak pada bayi dan balita
a) Melakukan imunisasi TT pada ibu hamil
b) Pencatatan dan pelaporan
5. Diare Penanggulangan
a. Penyuluhan tentang penyakit diare/mencret
b. Memasyarakatkan pemakaian oralit/larutan
gula garam dan cara pembuatannya
c. Penyuluhan dan pengobatan kasus diare
d. Rujukan kasus-kasus dengan dehidrasi
kepuskesmas
6. Kegiatan sektor lain
Meskipun pada dasarnya program KB-Kesehatan
terpadu ini merupakan perpaduan pelayanan KB dan kesehatan oleh, dan untuk
masyarakat, namun tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pelaksanaannya sesuai
dengan kebutuhan dan dinamika masyarakat, maka diperlukan kerja lintas sektoral
dengan komponen-komponen program pembangunan lainnya, termasuk petugas dan
kader yang ada dan lingkungan masyarakat tersebut, antara lain :
a. Pertanian dan tanaman pangan, termasuk
perkebunan, perikanan, peternakan dan lain-lain
b. Penerangan
c. Agama
d. Pendidikan
e. Peningkatan peranan wanita
f. Pembinaan generasi muda
g. PKK
h. Dan lain-lain
Sesuai
dengan tingkat perkembangan kegiatan pelayanan 5 program terpadu KB-Kesehatan
masing-masing wilayah dan dengan pertimbangan kemampuan petugas dan kader yang
ada serta dukungan sarana dan prasarana yang tersedia, maka kegiatan program
dapat diperluas dengan berbagai kegiatan pelayanan program yang lain seperti
keanekaragaman tanaman pekarangan, peningkatan pendapatan keluarga, Bina
Keluarga Balita (BKB), P2WKSS, Kejar paket A dan Kejar Usaha, Kebersihan dan
Kesehatan Lingkungan serta kegiatan yang sesuai dengan prioritas kebutuhan yang
berkembang di masyarakat.
Dalam hal
perluasan kegiatan ini, sebagaimana halnya dalam penyelenggaraan program KB
pada umumnya, maka perlu diperhatikan bahwa dalam pelaksanaannya harus
dilakukan secara bertahap sesuai dengan 3 dimensi program yaitu jangkauan,
pembinaan dan pembudayaan serta pelembagaan program. Artinya apabila dimasyarakat baru terdapat 2
atau 3 kegiatan dari 5 kegiatan terpadu maka kegiatan pelayanan tersebut diperluas
sehingga mencakup keseluruhan program.
Makin
banyaknya jumlah posyandu yang mendorong terjadinya variasi tingkat
perkembangan yang beragam. Untuk
mengantisipasi keadaan yang demikian Departemen Kesehatan menentukan tingkat
perkembangan posyandu yang digolongkan kedalam empat tingkat yaitu :
1. Posyandu Pratama (Pratamasidi)
Posyandu
tingkat pratama adalah posyandu yang masih belum mantap kegiatannya belum bisa
rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas yaitu 4 orang
2. Posyandu Madya (Madyasidi)
Posyandu
pada tingkat madya yaitu posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih
dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau
lebih. Akan tetapi cakupan program utamanya (KB, KIA,
Gizi dan Imunisasi) masih rendah yaitu kurang
dari 50%. Ini berarti kelestarian
kegiatan posyandu sudah baik akan tetapi
masih cakupannya.
3. Posyandu Purnama (Purnamasidi)
Posyandu
pada tingkat purnama adalah posyandu yang frekuensinya lebih dari 8 kali per
tahun, rata-rata jumlah kader tugas
5 orang atau lebih dan cakupan 5 program utamanya (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi) lebih dari 50%. Sudah ada program tambahan bahkan mungkin sudah ada dana sehat yang masih sederhana.
4.
Posyandu Mandiri
Posyandu
yang sudah sampai pada tingkat mandiri.
Ini berarti sudah dapat melakukan
kegiatan secara teratur, cakupan 5 program utama sudah bagus dengan program
tambahan dan dana sehat telah menjangkau lebih dari 50% KK.
Kategorisasi posyandu menjadi 4 tingkat ini
dilakukan atas dasar pengorganisasian dan tingkat pencapaian programnya.
Hasil
kegiatan posyandu dicatat dalam buku register penimbangan balita dengan
pengisian kolom-kolom hasil penimbangan dengan kode-kode tertentu seperti
dibawah ini :
S = Jumlah balita yang ada,
K = Jumlah balita yang terdaftar dan mempunyai KMS,
N = Jumlah balita yang naik
timbangannya,
T = Jumlah balita yang tidak
naik timbangannya,
O = Jumlah balita yang
ditimbang bulan ini, tetapi tidak ditimbang
bulan lalu
B = Jumlah balita yang
pertamakali hadir dipenimbangan bulan ini,
D = Jumlah balita yang
ditimbang bulan ini,
E = Jumlah balita yang tidak
ditimbang bulan ini,
A = Jumlah balita yang berada
dibawah garis merah
Yang
menjadi indikator posyandu adalah SKDN (Sasaran KMS Datang Naik),
S = Jumlah semua balita yang
berada di wilayah kerja,
K = Jumlah semua balita yang
terdaftar dan telah mendapatkan KMS,
D = Jumlah balita yang
ditimbang,
N = Jumlah balita yang naik
berat badannya.
SKDN
dibuat berbentuk kolom atau balok-balok yang memberikan gambaran mengenai
keberhasilan kegiatan program di suatu wilayah kerja.
Tujuan balok SKDN adalah :
1. Agar semua balita yang berada di wilayah kerja terdaftar dan mendapat KMS
2. Semuanya hadir untuk ditimbang dan semua
balita naik berat badannya, sehingga S=K=D=N
2.2. Tinjauan Umum tentang Kader
2.2.1.
Defenisi Kader
Kader kesehatan dinamakan juga promotor kesehatan desa
(promkes) adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh dari masyarakat dan bertugas
mengembangkan masyarakat (Sulkan, 2000).
Kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan
ditinjau oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela. Kader kesehatan
merupakan perwujudan peran serta aktif masyarakat dalam pelayanan terpadu,
dengan adanya kader yang dipilih oleh masyarakat, kegiatan diperioritaskan pada
lima program dan mendapat bantuan dari petugas kesehatan terutama pada kegiatan
yang mereka tidak kompeten memberikannya (Pohan, 2007).
2.2.2.
Tujuan Pembentukan Kader
Dalam rangka mensukseskan pembangunan nasional,
khususnya di bidang kesehatan, bentuk pelayanan kesehatan diarahkan pada
prinsip bahwa masyarakat bukanlah sebagai objek akan tetapi merupakan subjek
dari pembangunan itu sendiri. Pada hakekatnya kesehatan dipolakan
mengikutsertakan masyarakat secara aktif dan bertanggung jawab. Keikut sertaan
masyarakat dalam meningkatkan efisiensi pelayanan adalah atas dasar terbatasnya
daya dan adanya dalam operasional pelayanan kesehatan masyarakat akan
memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat seoptimal mungkin. Pola pikir
yang semacam ini merupakan penjabaran dari karsa pertama yang berbunyi,
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya dalam bidang kesehatan
(Zulkifli, 2003).
Kader yang dinamis dengan pendidikan rata-rata tingkat
desa ternyata mampu melaksanakan beberapa hal yang sederhana, akan tetapi
berguna bagi masyarakat sekelompoknya meliputi:
1.
Pengobatan/ringan sederhana, pemberian obat
cacing pengobatan terhadar diare dan pemberian larutan gula garam, obat-obatan
sederhana dan lain-lain.
2.
Penimbangan dan penyuluhan gizi.
3.
Pemberantasan penyakit menular, pencarian kasus,
pelaporan vaksinasi, pemberian distribusi obat/alat kontrasepsi KB penyuluhan
dalam upaya menanamkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS).
4.
Penyediaan dan distribusi obat/alat kontasepsi
KB penyuluhan dalam upaya menamakan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
(NKKBS)
5.
Penyuluhan kesehatan dan bimbingan upaya
keberhasilan lingkungan, pembuatan jamban keluarga dan sarana air sederhana.
6.
Penyelenggaraan dana sehat dan pos kesehatan
desa dan lain-lain.
Adapun peran kader dalam penyelenggaraan posyandu
menurut Depkes RI 1995 meliputi: (Unicef. 2000).
1.
Memberitahukan hari dan jam buka posyandu kepada
ibu pengguna posyandu (ibu hamil, ibu yang mempunyai bayi dan anak balita serta
ibu usia subur) sebelum hari buka posyandu.
2.
Menyiapkan peralatan untuk penyelenggaraan
posyandu sebelum posyandu dimulai seperti timbangan, buku catatan, KMS, alat
peraga penyuluhan, dll.
3.
Melakukan pendaftaran bayi, balita, ibu hamil
dan usia subur yang hadir di posyandu.
4.
Melakukan penimbangan bayi dan balita, mencatat
hasil penimbangan ke dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) sesuai dengan permasalahan
yang dihadapi ibu yang bersangkutan.
5.
Melakukan penyuluhan perorangan kepada ibu-ibu
di meja IV, dengan isi penyuluhan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi ibu
yang bersangkutan.
6.
Melakukan penyuluhan kelompok kepada ibu-ibu
sebelum meja I atau setelah meja V (kalau diperlukan).
7.
Melakukan kunjungan rumah khususnya pada ibu
hamil, ibu yang mempunyai bayi dan balita serta pasangan usia subur, untuk
menyuluh dan mengingatkan agar datang ke posyandu.
2.2.3.
Peran Kader Posyandu
Peran kader memegang peranan penting dalam menjembatani
masyarakat khususnya kelompok sasaran posyandu. Berbagai informasi dari
pemerintah lebih mudah disampaikan kepada masyarakat melalui kader, karena kader
lebih tanggap dan memilliki pengetahuan kesehatan diatas rata-rata dari
kelompok sasaran posyandu (Umar Naim, 2008).
1.
Wujud Peran Serta Kader
Peran serta kader dapat diwujudkan dalam bentuk:
a.
Tenaga, seorang kader berperan serta dalam
kegiatan kelompok dengan. menyumbangkan tenaganya, misalnya menyiapkan tempat
dan sebagainya.
b.
Materi, kader berperan serta dalam kegiatan
kelompok dengan menyumbangkan materi yang diperlukan dalam kegiatan kelompok
tersebut, misalnya uang, pinjaman tempat dan sebagainya (Desa Siaga
dikembangkan di Jawa Timur dengan Mengaktifkan Kader)
2.
Tugas kegiatan kader
Tugas kegiatan kader akan ditentukan, mengingat bahwa
pada umumnya kader bukanlah tenaga profesional melainkan hanya membantu dalam
pelayanan kesehatan. Dalam hal ini perlu adanya pembatasan tugas yang diemban,
baik menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan. Adapun kegiatan pokok yang perlu
diketahui oleh dokter kader dan semua pihak dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan
baik yang menyangkut di dalam maupun di luar Posyandu antara lain: (Zulkifli,
2003).
a.
Kegiatan yang dapat dilakukan kader di Posyandu
adalah:
1)
Melaksanakan pendaftaran.
2)
Melaksanakan penimbangan bayi dan balita.
3)
Melaksanakan pencatatan hasil penimbangan.
4)
Memberikan penyuluhan.
5)
Memberi dan membantu pelayanan.
6)
Merujuk.
b.
Kegiatan yang dapat dilakukan kader di luar
Posyandu KB-kesehatan adalah: (Widiastuti, 2006).
1)
Bersifat yang menunjang pelayanan KB, KIA,
Imunisasi, Gizi dan penanggulan diare.
2)
Mengajak ibu-ibu untuk datang para hari kegiatan
Posyandu.
3)
Kegiatan yang menunjang upanya kesehatan lainnya
yang sesuai dengan permasalahan yang ada:
a)
Pemberantasan penyakit menular.
b)
Penyehatan rumah.
c)
Pembersihan sarang nyamuk.
d)
Pembuangan sampah.
e)
Penyediaan sarana air bersih.
f)
Menyediakan sarana jamban keluarga.
g)
Pembuatan sarana pembuangan air limbah.
h)
Pemberian pertolongan pertama pada penyakit.
i)
P3K
j)
Dana sehat.
k)
Kegiatan pengembangan lainnya yang berkaitan
dengan kesehatan. Adapun masalah-masalah yang seharusnya dipelajari oleh kader
dikelompokkan menjadi 5 yaitu tentang:
a) Penyakit
menular
b) Perawatan
lbu
c) Kesehatan
Anak dan Gizi
d) Kecelakaan
e) Kebersihan
Rumah dan Lingkungan
c.
Peranan Kader di luar Posyandu KB-kesehatan:
1)
Merencanakan kegiatan, antara lain: menyiapkan
dan melaksanakan survey mawas diri, membahas hasil survei, menyajikan dalam
MMD, menentukan masalah dan kebutuhan kesehatan masyarakat desa, menentukan
kegiatan penanggulangan masalah kesehatan bersama masyarakat, membahas
pembagian tugas menurut jadwal kerja.
2)
Melakukan komunikasi, informasi dan motivasi
(kunjungan), alat peraga dan percontohan.
3)
Menggerakkan masyarakat: mendorong masyarakat
untuk gotong royong, memberikan informasi dan mengadakan kesepakatan kegiatan
apa yang akan dilaksanakan dan lain-lain.
4)
Memberikan pelayanan yaitu,
a)
Membagi obat
b)
Membantu mengumpulkan bahan pemeriksaan
c)
Mengawasi pendatang didesanya dan melapor
d)
Memberikan pertolongan pemantauan penyakit
e)
Memberikan pertolongan pada kecelakaan dan
lainnya
5)
Melakukan pencatatan, yaitu:
a)
KB atau jumlah PUS, jumlah peserta aktif dsb
b)
KIA : jumlah ibu hamil, vitamin A yang dibagikan
dan sebagainya
c)
Imunisasi : jumlah imunisasi TT bagi ibu hamil
dan jumlah bayi dan balita yang diimunisasikan
d)
Gizi: jumlah bayi yang ada, mempunyai KMS,
balita yang ditimbang dan yang naik timbangan
e)
Diare: jumlah oralit yang dibagikan, penderita
yang ditemukan dan dirujuk.
6)
Melakukan pembinaan mengenai lama program
keterpaduan KB Kesehatan dan upaya kesehatan lainnya.
7)
Keluarga pembinaan yang masing-masing berjumlah
10-20 KK atau diserahkan pada kader setempat dengan memberikan informasi
tentang upaya kesehatan yang dilaksanakan.
8)
Melakukan kunjungan rumah kepada masyarakat
terutama keluarga binaan.
9)
Melakukan pertemuan kelompok.
Adapun masalah-masalah yang seharusnya dipelajari dan
diketahui oleh seorang kader dikelompokkan menjadi 5 yaitu tentang: (Supari,
2006).
1.
Penyakit menular
Yang berhubungan dengan penyakit menular adalah:
a.
Imunisasi untuk pencegahan penyakit (BCG, DPT,
Polio, dan Campak).
b.
Menghadapi jika seorang menderita demam dan
kemungkinan penyebabnya yaitu dengan mengajarkan kepada masyarakat tentang:
1)
Makanan bergizi dan mencuci bahan makanan
sebelum dimasak
2)
Minum air sesudah dimasak
3)
Mencuci alat makan dan alat masak dengan baik
4)
Membasmi lalat dan tikus dengan membersihkan
sumbernya
c.
Diare
Menjelaskan penyebab diare yaitu:
1)
Tangan yang kotor jika makan dan minum, terutama
sesudah membuang air besar.
2)
Makanan yang kotor karena tidak tertutup
sehingga kena debu, lalat dan binatang lain seperti kecoak, tikus dan
lain-lain.
3)
Makanan yang tidak dimasak sempurna, misalnya
daging yang mengandung cacing dan telurnya.
4)
Minum air yang tidak bersih dari sungai, kolam,
mata air dan lain-lain.
2.
Perawatan Ibu
Jika seorang ibu sedang hamil, maka disarankan untuk:
a.
Banyak istirahat
b.
Makan yang bergizi
c.
Tidak makan obat yang tidak dianjurkan dokter.
d.
Tidak meminum minuman keras
e.
Memeriksakan diri selama kehamilan sejak awal
dan sesering mungkin
Jika seorang ibu sedang menyusui:
a.
Sarankan jaga kebersihan ibu dan bayi
b.
Kekurangan Konsumsi makanan yang bergizi
c.
Beri Asi atau susu dan makanan yang baik
d.
Disarankan kepada ibu agar tidak melahirkan bayi
dalam waktu yang terlalu pendek, dengan ber-KB.
e.
Jika ada keluhan, perdarahan yang terus-menerus
atau demam cepat di bawa ke dokter atau puskesmas terdekat.
3.
Kesehatan Anak dan Gizi
Memberikan penyuluhan tentang akibat kekurangan gizi
dan gejalanya seperti:
a.
Anak semakin kurus atau berat anak yang tidak
sesuai dengan umur
b.
Anak yang tinggal kulit membalut tulang
c.
Anak dengan pembengkakan kaki dan lengan.
4.
Kecelakaan
a.
Luka Bakar
Pertolongan pertama jika anak kena luka bakar yaitu antara lain:
1)
Memberi anak minum banyak
2)
Cepat bawa ke puskesmas dan rumah sakit terdekat
3)
Diberi baju yang longgar atau luka jangan ditutup.
b.
Harus diperhatikan
1)
Apakah pasien kehilangan banyak darah. Untuk itu
dicegah dengan menekan luka: minum air banyak
2)
Jika pasien jadi lemah, harus cepat dibawa ke
dokter.
5.
Kebersihan Rumah dan Lingkungan
a.
Sumber Air hanya dari kolam
Disarankan agar:
1)
Merebusnya sebelum dipergunakan untuk air minum
2)
Tidak mandi di kolam
3)
Mencuci bahan makanan, alat-alat makan dan
alat-alat memasak sebelum digunakan
4)
Meminta pendapat dari pamong desa untuk
memecahkan masalahnya.
b.
Sumber Air Sungai
Jika tidak ada, Sumber lain maka disarankan:
1)
Untuk merebus air sebelum diminum
2)
Dapat untuk mandi jika hewan ternak minum pada
aliran Sungai di hulu.
c.
Sumber Air dari Mata Air
1)
Sumber air ini aman jika ada pagarnya, sejauh 20
meter dari mata air.
2)
Ada saluran pembuangan untuk membuang air hujan,
atau supaya tidak becek.
3)
Dibuatkan bak semen untuk menampung air setinggi
50 cm.
4)
Digunakan pipa untuk menyalurkan air.
6.
Pembuangan Kotoran
Jika jamban tidak digunakan sebagaimana mestinya, maka
disarankan: kepada kepala keluarga untuk membuat jamban yang memenuhi syarat
kesehatan dan digunakan sebagaimana mestinya.
Jika membuang kotoran disembarangan tempat, maka
dijelaskan kepada:
a.
Kepala keluarga tentang bahayanya berhubungan
dengan penyakit menular
b.
Disarankan untuk tidak membuang kotoran di sungai.
7.
Pembuangan Sampah
Dijelaskan tentang bahaya penyakit-penyakit yang
mungkin timbul jika membuang sampah tidak pada tempatnya.
2.2.4.
Persyaratan menjadi Kader
Bahwa pembangunan dibidang kesehatan dapat dipengaruhi
dari keaktifan masyarakat dan pemuka-pemukanya termasuk kader, maka pemilihan
calon kader yang akan dilatih perlu mendapat perhatian. Secara disadari bahwa
memilih kader yang merupakan pilihan masyarakat dan mendapat dukungan dari
kepala desa setempat kadang-kadang tidak gampang. Namun bagaimanapun proses
pemilihan kader ini hendaknya melalui musyawarah dengan masyarakat, sudah
barang tentu para Pamong Desa harus juga mendukung. Di bawah ini salah satu
persyaratan umum yang dapat dipertimbangkan untuk pemilihan calon kader, yaitu:
1.
Dapat baca, tulis dengan bahasa Indonesia
2.
Secara fisik dapat melaksanakan tugas-tugas
sebagai kader
3.
Mempunyai penghasilan sendiri dan tinggal tetap
di desa yang bersangkutan.
4.
Aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial maupun
pembangunan desanya
5.
Dikenal masyarakat dan dapat bekerja sama dengan
masyarakat calon kader lainnya dan berwibawa
6.
Sanggup membina paling sedikit 10 KK untuk
meningkatkan keadaan kesehatan lingkungan.
7.
Diutamakan telah mengikuti KPD atau mempunyai
keterampilan.
Dr. Ida Bagus, mempunyai pendapat lain mengenai
persyaratan bagi seorang kader antara lain:
1.
Berasal dari masyarakat setempat.
2.
Tinggal di desa tersebut.
3.
Tidak sering meninggalkan tempat untuk waktu
yang lama.
4.
Di terima oleh masyarakat setempat.
5.
Masih cukup waktu bekerja untuk masyarakat
disamping mencari nafkah lain.
6.
Sebaiknya yang bisa baca tulis.
Dari persyaratan-persyaratan yang diutamakan oleh
beberapa ahli diatas dapatlah disimpulkan bahwa kriteria pemilihan kader
kesehatan antara lain, sanggup bekerja secara sukarela, mendapat kepercayaan
dari masyarakat serta mempunyai krebilitas yang baik dimana perilakunya menjadi
panutan masyarakat, memiliki jiwa pengabdian yang tinggi, mempunyai penghasilan
tetap, pandai baca tulis, sanggup membina masyarakat sekitarnya (Zulkifli,
2003).
2.3
Tinjauan
Umum Tentang Tingkat Pendidikan Kader
Dari segi istilah, pendidikan berasal dari bahasa
Latin educatus (educare) yang berarti
merawat dan membimbing. Tingkat pendidikan merupakan dasar dalam pengembangan
wawasan serta sarana untuk memudahkan bagi seseorang untuk menerima
pengetahuan, sikap dan perilaku'yang baru. Tingkat pendidikan merupakan dasar
pengembangan daya nalar seseorang untuk menerima, motivasi.
Latar belakang pendidikan seseorang berpengaruh pada
beberapa kategori kompetensi di mana semakin tinggi pendidikan seseorang
scmakin tinggi pula tingkat keterampilan dalam hubungan interpersonal serta
semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai seseorang, maka besar keinginan
untuk memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan.
Berdasarkan kebijakan pemerintah, staf puskesmas
dituntut untuk memilih perempuan terpelajar sebagai kader, karena latar
belakang dianggap penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan (perempuan
terpelajar banyak tahu tentang pengertian kesehatan moderen) (Sciotino, 2000).
2.4
Tinjauan
Umum Tentang Pengetahuan Kader
Pengetahuan merupakan tahap awal seseorang berbuat
sesuatu dan pengetahuan tentang apa yang akan dilakukan membuat seseorang
mengetahui langkah selanjutnya yang harus diperbuat. Seperti halnya seorang
kader posyandu yang harus mengetahui tentang tugas yang diembangnya sehingga
dapat memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat dalam mengelola posyandu.
Peran serta kader adalah mendidik masyarakat desa
melalui penyuluhan, hal tersebut menunjukkan bahwa kader harus mempunyai
pengetahuan di atas rata-rata masyarakat desa lainnya. Penyuluhan yang
diberikan diharapkan sebagai sarana yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan
dan menumbuhkai kesadaran masyarakat yang diharapkan terjadinya perubahan
perilaku (Uli, 2005).
Tingkat pengetahuan kader terhadap kesehatan
khususnya mengenai pelaksanaan posyandu akan mempengaruhi pola perilaku kader
untuk lebih aktif berperan serta dan lebih tanggap untuk setiap permasalahan
kesehatan yang terjadi (Supari, 2006).
2.5
Tinjauan
Umum Tentang Penghargaan Kader
Sosial ekonomi merupakan salah satu aspek yang dapat
menimbulkan masalah dalam bidang posyandu yaitu para kader dengan sosial
ekonomi rendah sehingga berpengaruh pada partisipasinya dalam posyandu baik
secara langsung maupun tidak langsung (Sciortino. 2000).
Untuk memotivasi kader, Menkes mengingatkan agar
hendaknya dikembangkan secara rasional atas dasar pertimbangan guna memenuhi
kebutuhan kader. Bagaimanapun, kader juga manusia yang memiliki kebutuhan-kebutuhan
dalam hidupnya (Depkes RI, 2006).
Untuk menjadi seorang kader harus memiliki dedikasi
yang tinggi dan bekerja tanpa paimrih, namun sebagai bagian dari upaya
kepedulian terhadap kader sebaiknya setiap kabupaten/kota memberikan
penghargaan kepada kader untuk meningkatkan motivasi kerjanya dengan memberikan
intensif yang sumber dananya dari alokasi bantuan Desa/Kelurahan dengan jumlah
bervariasi disesuaikan kemampuan keuangan masing-masing. (Suara Karya, 2006).
Menurut Widodowati (2004), bila para kader mendapat
reward (bukan selalu dalam bentuk materi, bisa dalam bentuk fasilitas), maka
angka drop out bisa diperkecil. Oleh karena itu berbagai bentuk program yang
berkaitan dengan system penghargaan perlu tetap digalakkan agar masyarakat yang
terpilih tetap termotivasi untuk bertindak sebagai kader.
2.6 Tinjauan
Umum Tentang Jarak Rumah Kader
Pada daerah pedesaan yang masuk kategori terpencil
atau terisolasi, hambatan yang dihadapi kader karena jauhnya jarak tempat
tinggal dari lokasi pelaksanaan posyandu dan tidak tersedianya transportasi
yang bisa digunakan pada hari buka posyandu (Umar, 2008).
Salah satu syarat posyandu adalah sebaiknya berada
pada tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat dan ditentukan sendiri, namun
hal ini seakan ‑ akan hanya ditujukan untuk kelompok sasaran posyandu (bayi dan
anak balita, ibu hamil, ibu nifas, menyusui dan wanitaPUS)tanpa memperhatikan
tenaga pelaksananya (kader). Padahal jarak
lokasi posyandu dengan tempat tinggal kader merupakan salah satu pendorong
agar kader ke tempat pelayanan dan melaksanakan tugasnya sebagai tenaga
pelaksana posyandu (depkes, 2005).
2.7 Ketersediaan waktu
Kegiatan
posyandu merupakan kegiatan yang rutin dilaksanakan setiap bulannya dimana
ditujukan pada kelompok penduduk yang menjadi sasaran yang akan diberikan pelayanan. Dan yang sangat berperan dalam pelaksanaan
adalah kader dan dibantu oleh petugas puskesmas.
Namun tidak
dapat dipungkiri kader juga mempunyai kegiatan lain selain posyandu jadi aspek
ini merupakan yang terpenting dari semua aspek masalah pelaksanaan
program. Sehingga peneliti tertarik
meneliti tentang ketersediaan waktu dalam melaksanakan kegiatan posyandu.( naim,2008).
2.8
Motivasi
Motivasi berasal dari kata latin ”movere” yang
berarti dorongan atau menggerakkan.
Motivasi adalah kekuasaan psikis yang merupakan daya penggerak dalam
diri seseorang tersebut berperilaku untuk mencapai tujuan yang pada akhirnya
akan menampilkan kerja seseorang atau dengan kata lain sebagai kebutuhan yang mendorong perbuatan
kearah suatu tujuan.
Motivasi seseorang akan timbul apabila mereka
diberi kesempatan dan mendapatkan umpan-balik dari hasil yang diberikan, oleh
karena itu penghargaan psikis dalam hal ini diperlukan agar seseorang merasa
dihargai dan diperhatikan serta dibimbing manakala melakukan suatu kesalahan.
Motivasi adalah karakteristik psikologi manusia
yag memberi kontribusi pada tingkatan komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor yang menyebabkan,
menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu.
Menurut Ngalim Purwanto (2004) bahwa motivasi merupakan segala sesuatu yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Dari
berbagai macam defenisi motivasi ada tiga poin penting dalam pengertian
motivasi yaitu hubungan antara kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan muncul karena adanya semangat yang
kurang dirasakan oleh seseorang baik fisiologis maupun psikologis.
Motivasi merupakan
suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak. Alasan-alasan atau
dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu, semua
tingkah laku manusia pada hakekatnya mempunyai motif untuk dapat memahami
tingkah laku manusia dengan lebih sempurna, maka patutlah kita memahami apa
yang dilakukannya, bagaimana ia melakukannya dan mengapa ia melakukannya (know
what, know how, know why). Setiap orang
mempunyai banyak motivasi, ada orang yang bekerja hanya untuk mendapatkan uang,
ada yang hanya mencari kesibukan, ada yang mencari prestasi sehingga ia
dihargai dan dihormati dan adapula yang bekerja karena memang menyukai pekerjaannya.
BAB III
KERANGKA
KONSEPTUAL
DAN HIPOTESIS
3.1 KERANGKA KONSEPTUAL
Variabel Independen Variabel
Dependen
Pendidikan
|
Pengetahuan
|
Motivasi
ppppppebrhg
|
Penghargaan
|
Jarak Rumah Kader
|
Ketersediaan waktu
|
Keaktifan kader dalam
kegiatan posyandu
|
Keterangan :
= Variabel
yang diteliti
|
= Variabel yang tidak diteliti
3.2
Hipotesis
3.2.1
Hipotesis
Nol (Ho)
1.
Tidak
hubungan antara tingkat pendidikan dengan keaktifan kader dalam kegiatan
posyandu.
2.
Tidak
hubungan antara pengetahuan dengan keaktifan kader dalam kegiatan posyandu.
3.
Tidak
ada hubungan anatara motivasi dengan keaktifan kader dalam kegiatan psosyandu
3.2.1.
Hipotesis
Alternatif (Ha)
1.
Ada
hubungan anatara tingkat pendidikan dengan keaktifan kader dalam kegiatan
posyandu.
2.
Ada hubungan anatara pengetahuan dengan
keaktifan kader dalam kegiatan posyandu.
3.
Ada
hubungan anatara motivasi dengan keaktifan kader dalam kegiatan posyandu.
BAB 4
METODE
PENELITIAN
4.1 . Desain Penelitian
Desain penelitian pada
hakekatnya merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah
ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada seluruh
proses penelitian. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah desain penelitian
deskriptif analitik yang bertujuan, dengan menggunakan metode cross sectional study yang dimaksud
untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang faktor – faktor yang berhubungan
dengan keaktifan kader posyandu di Wilayah kerja puskesmas Bontonompo Selatan
Kabupaten Gowa.
4.2
Kerangka Kerja
Populasi semua
kader posyandu yang terdaftar di wilayah PKM Bontompo Selatan Kab. Gowa , jumlah : 42
orang
|
Tekhnik sampling : dalam penelitian ini menggunakan total sampling
|
Sampel : dengan
kriteria inklusi, jumlah 42 0rang
|
Variabel yang diteliti
|
Variabel dependen : keaktifan kader dalam kegiatan
posyandu
|
Variable Independen :
pendidikan, pengetahuan, motivasi
|
Metode pengumpulan data :
Kuesioner
|
Analisa data : uji chi
square, batas kemaknaan α <0,05
|
Penyajian data
|
4.3 Identifikasi Variabel
Variabel adalah perilaku karakteristik yang
memberi nilai terhadap sesuatu (benda,manusia, dll). (Nursalam,2003)
Dalam penelitian ini terdiri terdiri dari dua
variabel independent (bebas) dan variabel independent (Terikat).
4.3.1.
Variabel Independen
Adalah variabel yang nilainya menentukan variabel
lain. Dalam penelitian ini variabel independennya adalah Pendidikan,
Pengetahuan, dan Motivasi.
4.3.2.
Variabel Dependen
Adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh
variabel lain. Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah keaktifan kader
dalam kegiatan posyandu.
4.4 Defenisi Operasinal dan Kriteria Obyektif
NO
|
VARIABEL
|
DEFENISI
OPERASIONAL
|
INDIKATOR
|
ALAT UKUR
|
SKALA
|
1.
|
Keaktifan Kader
|
Keaktifan kader adalah frekuensi kader mengikuti
kegiatan posyandu yang diukur berdasarkan jumlah kehadirannya dalam melakukan
kegiatan pada hari buka posyandu dalam 12 bulan terakhir
|
Aktif : Jika responden >
8 kali hadir dalam 12 bln terakhir
Kurang aktif :Jika responden < 8 kali hadir dalam 12 bln terakhir
|
Observasi
|
Rasio
|
2.
|
Pendidikan
|
Tingkat pendidikan formal
terakhir yang pernah dilalui oleh kader posyandu dan berijazah
|
Tinggi : Jika responden tamat SMA atau lebih tinggi
Rendah : Jika responden tamat SD atau SMP
|
-
|
Ordinal
|
3.
|
Pengetahuan
|
Hal – hal yang diketahui, dimengerti dan mampu diingat oleh kader
tentang program/kegiatan posyandu
|
Baik Jika: >80% jawaban yang benar
Cukup Jika: < 80% jumlah jawaban yang benar
|
Kuesioner
|
Ordinal
|
4.
|
Motivasi
|
Dorongan yang timbul
pada seorang kader dalam melaksanakan tugas pelayanan kesehatan dasar
|
Ada : Jika responden menjawab dengan jumlah skor 3
Tidak ada : Jika responden menjawab denan jumlah skor < 3
|
Kuesioner
|
Ordinal
|
4.5. Sampling Desain
4.5.1. Populasi
Populasi merupakan
seluruh subyek atau obyek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti.
Bukan hanya objek atau subjek yang dipelajari saja tapi seluruh karakteristik
atau sifat yang dimiliki subjek atau objek tersebut. (Hidayat 2003)
Populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah seluruh kader posyandu yang terdaftar di wilayah
penelitian yang berjumlah 42 orang.
Jumlah kader tersebut diambil dari posyandu aktif yang termasuk dalam
puskesmas Bontonompo
4.5.2. Sampel
Sampel merupakan
bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik
yang dimiliki oleh populasi. (hidayat, 2003)
Sampel dalam
penelitian ini adalah kader posyandu yang terdaftar di Wilayah kerja puskesmas
Bontonompo Kabupaten Gowa sebanyak 42 orang.
1. Kriteria Sampel
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karekteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam,2003).
Kriteria inklusi sebagai berikut:
1)
Kader
yang aktif dalam 12 bulan terakhir di wilayah kerja Puskesmas Bontonompo
Selatan Kab. Gowa
2)
Bersedia
jadi responden
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilang/mengeluarkan subjek yang memenuhi
kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam,2003)
Kriteria eksklusi sebagai berikut
1)
Tidak
bersedia jadi responden.
2. Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah kader posyandu di wilayah kerja
puskesmas Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa. Jumlah kader posyandu sebanyak 42
orang.
4.5.3. Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk mewakili
populasi. Teknik sampling merrupakan cara – cara yang ditempuh dalam
pengambilan, agar memperoleh sampel yang benar – benar sesuai dengan
keseluruhan obyek penelititi (Nursalam, 2003).
Dalam penelitian ini metode penarikan sampel adalah teknik Total Sampling dimana semua jumlah
populasi dijadikan sebagai sampel.
4.6.
Pengumpulan dan Analisa Data
4.6.1.
Tempat dan Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan di Wilayah kerja Puskesmas
Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa pada bulan Mei 2012..
4.6.2.
Pengumpulan Data
Mengajukan permohonan izin untuk mengadakan
penelitian di wilayah kerja puskesmas Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa,
setelah memperoleh persetujuan maka
peneliti akan melakukan pendekatan kepada calon responden untuk mengambil data.
Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner sebagai subjek penelitian tanpa
diberi nama tetapi diberi kode khusus. Hasil pengisian kuesioner akan
dikonfirmasikan dalam bentuk prosentase dan narasi.
4.6.3.
Rencana Pengolahan dan Analisa Data
1.
Instrumen pengumpulan data
a.
Data
primer
Untuk memperoleh data primer peneliti membuat instrumen dalam bentuk
kuesioner berdasarkan literatur yang terkait dengan penelitian yang terdiri
dari set A dan set B. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara langsung
pada responden berdasarkan daftar pertanyaan pada kuesioner untuk mengetahui
tanggapan terhadap variabel - variabel yang
diteliti dengan langkah – langkah sebagai sebagai berikut:
1)
Sebelum
kuesioner diserahkan kepeda responden, peneliti memberikan penjelasan tentang
tujuan penelitian.
2)
Setelah
responden memahami tujuan penelitian, maka responden diminta kesediaannya untuk
mengisi kuesioner.
3)
Jika
responden telah menyatakan bersedia, maka kuesioner diberikan dan responden
diminta untuk menjawab pertanyaan yang terdapat pada kuesioner.
4)
Setelah
kuesioner selesai diisi oleh responden, selanjutnya dikumpulkan dan
dipersiapkan untuk diolah dan dianalisa.
Kuesioner
yang diberikan kepada responden terdiri dari:
a. Set A identifikasi umum kader posyandu.
Berupa nomor responden, umur, status perkawinan, dan pendidikan responden.
b. Set B identifikasi khusus tentang:
1)
Variabel
pengetahuan.
Untuk mengetahui pengetahuan diperhitungkan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
P = f x
100%
N
Keterangan :
P : Persentase
f : Jumlah jawaban yang
benar
n : Jumlah skor maximal
Untuk mengukur variabel pengetahuan diukur dengan menggunakan skala Gutman
yang terdiri benar: 1, salah: 0 dengan jumlah 15 item pertanyaan yang
dikelompokkan menjadi 2 yaitu: Baik dan
kurang dengan kriteria
a)
Baik : > 80% jawaban benar
b)
Kurang
: < 80% jawaban yang benar
2)
Variabel
Motivasi
Untuk mengukur variebel Motivasi diukur dengan menggunakan skala Gutman yang
terdiri Ya :1, Tidak: 0 dengan jumlah 3 item pertanyaan yang dikelompokkan
menjadi 2 yaitu: ada dan tidak ada
a)
Ada :
jumlah skor 3
b)
Tidak
ada : jumlah skor < 3
3)
Variabel
Keaktifan Kader
Data keaktifan kader dihitung berdasarkan berapa kali kader hadir/datang di
Posyandu dalam 1 tahun terakhir.yang dikelompokkan menjadi: aktif dan tidak
aktif
a)
Aktif
: > 8 kali
hadir
b)
Kurang
Aktif : < 8 kali hadir
b.
Data
sekunder
Data sekunder diperoleh dari catatan instansi yang terkait dengan
peneliiian ini khususnya dari Puskesmas Bontonompo Selatan Kab. Gowa. Data
sekunder yang digunakan dalam penelitian
ini berupa jumlah kader posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Bontonompo
Selatan Kab. Gowa.
2.
Pengolahan Data
a.
Editing
Setelah data terkumpul maka dilakukan pemeriksaan kelengkapan data,
keseragaman data dan kesinambungan data.
b.
Koding
Dilakukan koding untuk memudahkan pengolahan data yaitu memberikan simbol –
simbol dari setiap jawaban yang diberikan responden.
c.
Tabulasi
Data diolah
dan disajikan dalam bentuk tabel.
4.6.4. Analisa Statistik
Analisa data yang digunakan adalah analisa
univariat dan analisa bivariat. Analisa univariat dilakukan untuk
Mendeskripsikan masing – masing variabel yaitu
pendidikan, pengetahuan dan motivasi dengan keatifan kader dalam kegiatan
posyandu dalam tabel distribusi frekuensi dan persentase.
Analisa Bivariat dilakukan untuk mengetahui
hubungan antara variabel independen dan variabel dependent, diuji dengan
menggunakan uji fisher’s test dengan menggunakan program SPSS for Windows.
4.7.
Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu
adanya rekomendasi dari pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan
permohonan izin kepada institusi/lembaga tempat penelitian. Setelah mendapat
persetujuan barulah peneliti melakukan penelitian dengan menekankan masalah
etika yang meliputi:
1.
Lembar persetujuan (Informed Consent)
Lembar persetujuan ini
diberikan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi criteria inklusi
yang disertai judul penelitian dan manfaat peneliian.
Bila subjek menolak maka
peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak subjek.
2.
Tanpa nama (Anonimity)
Untuk menjaga kerahasiaan,
peneliti tidak mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut diberi kode.
3.
Kerahasiaan (Confinientiality)
Kerahasiaan informasi responden
dijamin peneliti, hanya kelompok data yang akan dilaporkan sebagai hasil
penelitian.
.
DAFTAR PUSTAKA
Bapenas.
2008. Internet. “ Assessment Kapasitas Lokal”.
http://www.issdp.ampl.or.id/v2. Diakses 29 Februari 2010).
Depkes RI. 2005. Pedoman Pelaksana: Program Pelayanan
Kesehatan Puskesmas.
Depkes RI. 2006. Profil Kesehatan Provinsi Sul-Sel.
Dinkes Takalar. 2010. Profil Puskesmas Towata.
Gemari. 2005. “Maksimalkan TP
PKK untuk kelola Posyandu”. Majalah Keluarga Mandiri.
Kesmas. 2007. “Jurnal kesehatan Masyarakat Nasional”.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Naim, Umar. 2008.” POSYANDU:Upaya
Kesehatan Berbasis Masyarakat”. Penerbit Kareso. Yogyakarta.
Nanik S. 2007. Internet. “Kota
Bogor Siap Menyongsong Kelurahan Siaga 2008”. http://kotabogor.go.id/index,
diakses I Maret 2010.
Nursalam.2003. “Konsep dan
Penerapan Metodologipenelitian Ilmu Keperawatan”. Salemba Medika. Jakarta.
Pohan, Imbalo. 2007. “Jaminan
Mutu Layanan Kesehatan: Dasar-Dasar
Pengertian dan Penerapan”. EGC. Jakarta.
Sciortino, Rosalina. 2000. “Menuju
Kesehatan Madani”. Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Setiadi, (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan,
Yogyakarta: Graha Ilmu.
STIKES Tanawali Persada Takalar. (2009). Buku Panduan Penelitian, Takalar: Stikes Tanawali Persada Takalar.
Suara karya. 2006. Internet “Desa
Siaga Berdayakan Potensi Lokal Menuju Desa Sehat”.http://www.suarakarya
online com/news.htmi, Diakses 1 Maret 2010.
Sulkan Y. 2000. “Kamus Bahasa
Indonesia: Praktis Populer dan
Kosakata Baru”. Penerbit Mekar. Surabaya.
Supari, Fadilah. 2006. Internet. “Melalui
Desa Siaga, Rakyat Sehat”.http://www.promosikesehatan.com/news.html,
Diakses 29 Februari 2010.
Surya. 2007. Internet. “Desa
Siaga Dikembangkan di Jawa Timur dengan Mengaktifkan Kader”. http://www.surya.co.id/web.
Diakses 29 Februari 2010.
Uli, Mailt. 2005.Internet. “Kader
Kesehatan Siap Memasyarakatkan Hidup Bersih dan Sehat Kepada Masyarakat”. htts://www.unilever.co.id/ourcomoan
/beritaandmedia, diakses 3 maret 2010.
Unicef. 2000. “Buku Kader Usaha Perbaikan Gizi Keluarga”.UPGK.
Jakarta.
Widiastuti, Agung, I Gusti. 2006. Internet. “Pemanfaatan Pelayanan Posyandu di Kota Denpasar”. http://www.lrc-kmpk.ugm.ac.id/id/up-pdf.
Diakses 29 Febuari 2010.
Widodowati, Retno Lestari. 2004. “Warta
Kesehatan Masyarakat”. Pelatihan Kader Posyandu Desa Sukabumi.
Zulkifli. 2003. Internet. “Posyandu dan KaderKesehatan”.
http://www.library.usu.ac.id/modules.php. Diakses 1 maret 2010.